Langsung ke konten utama

TARIAN KULIT HITAM

DISEBUAH RUANG TAMU YANG CUKUP BESAR.


Karabo
Nama majikanku adalah Nyanyo Plum. Ia suka sekali pada anjing dan orang afrika. Ah, satu hal lagi yang disukainya, ia sering sekali mengatakan bahwa semua orang harus mematuhi peraturan walaupun menyakitkan. Dan Ini adalah tiga hal besar dalam kehidupan Nyonya.
Di sini aku bekerja, di Greenside, sebuah tempat yang tidak jauh dari pusat Johannesburg. Aku bekerja di sini setelah meninggalkan dua keluarga kulit putih. Keluarga kulit putih pertama tempatku bekerja sebagai juru masak dan tukang cuci adalah seorang pria dan istrinya di Parktown North. Mereka minum terlalu banyak dan selalu lupa membayarku. Setelah lima bulan aku bilang pada diriku sendiri: Tidak! Aku akan meninggalkan pemabuk-pemabuk ini. Jadi begitulah. Hari itu aku marah seperti besi panas merah dimasukkan ke dalam air.
Di keluarga kedua aku adalah juru masak dan mencuci untuk lima anak yang dibesarkan dengan tidak baik. Ini di Belgravia. Seringkali mereka memanggilku Kau Gadis Hitam dan aku diam saja. Ibunya mendengar itu dan tidak melakukan apa-apa. Juga karena aku baru dari Phokeng, tempat asalku, jauh dari sini dan dekat dengan Rustenburg, aku ingin belajar mengenal orang kulit putih sebelum aku tahu seberapa jauh aku berhadapan dengan orang yang kemudian akan menjadi majikanku. Hal yang membuatku marah dan mengepak barang lalu pergi adalah seorang lelaki yang sering dating mengunjungi mereka. Mereka bilang ia seorang sepupu atau semacam itu. Ia sering sekali masuk ke dapur dan menepuk pantatku. Aku mengadu pada tuanku. Tetapi lelaki itu melakukannya lagi dan ketika itu juga aku meninta agar Nyonya membayarku hari itu juga. Setelah dibayar, aku pun pergi meninggalkan keluarga itu.
Hari ini adalah sembilan bulan pertama setelah aku meninggalkan Phokeng untuk bekerja di Johannesburg. Seorang gadis sekampungku, Chimane, yang memanggilku untuk bekerja di rumah ini, rumah Nyonya Plum, tetangga sebelah rumah tempat ia bekerja. Sekarang sudah tahun ketiga. Setiap Kamis sore adalah waktu istirahat untuk semua wanita kulit hitam di pinggiran kota. Pada saat itulah, aku dan Chimane sering pergi ke kota untuk melihat took-toko, untuk hadir pada klub wanita, untuk bertemu pacar kami, dan menonton bioskop.
Ah…
Aku cukup bahagia dengan Nyonya Plum dan putrinya, Kate. Begini, artinya tempatku bekerja sebagai pelayan di Greenside tidaklah seburuk dibanding yang lain. Chimane juga tidak banyak mengeluh. Kami dibayar enam pound sebulan dengan makan dan tidur gratis.
(terdengar suara Nyonya Plum dari dalam memanggil-manggil Karabo)

Nyonya Plum
Karabo!

Karabo
Sssttt! Nyonya memanggilku. Jangan pergi dulu. (menuju sumber suara) Iya, Nyonya.

Nyonya Plum
(Nyonya Plum masuk) Sebentar lagi petang hari. Putriku akan segera pulang. Hari ini aku akan melakukan banyak hal. Aku akan berada di kota sampai larut. Kau siapkan saja makanan untuk putriku. Aku akan makan di luar.

Karabo
Baik Nyonya.
(Nyonya Plum pergi)

Karabo
Itu tadi Nyonyaku, Nyonya Plum. Begitulah dia. Bertubuh tinggi. Tidak langsing, juga tidak gemuk. Wajahnya kelihatan sangat bijaksana, bukan? Kalau kau perhatikan dia dengan baik, dahinya seperti mengatakan padamu bahwa ia memiliki hati yang kuat; ia tidak takut pada apapun. Matanya selalu bengkak pada kelopak bagian bawah seperti kebanyakan orang-orang kulit yang tidak tidur bermalam-malam atau seperti seekor katak. Mungkin itu karena terlalu banyak merokok.
Mengenai putrinya, Kate, Chimane temanku di tetangga sebelah telah mengatakan padaku bahwa Kate sangat liar. Wajahnya mirip ibunya tapi ia bisa bergerak lebih cepat ketimbang Nyonya. Aku sangat menyukainya, dan ia juga suka padaku. Ia menceritakan banyak hal yang oleh orang kulit putih tidak diceritakan kepada pelayan kulit hitam. Maksudku tentang hal-hal yang disukai dan tidak disukainya, apa yang dilakukan dan tidak dilakukan ibunya, semuanya. Dan tentang Tuam Plum, yang membunuh dirinya sendiri dengan pistol di dalam rumah di sebelah lain jalan depan rumah. Mereka meniggalkan rumah itu dan tinggal di rumah yang satu ini.
(Tiba-tiba pintu depan terdengar ada yang membanting. Karabo sibuk mencari tempat.)

Karabo
Itu pasti Nona Kate, kebiasaan buruknya membanting pintu tak pernah hilang sejak. Tapi dia lebih suka menyebutnya bakat, bakat membanting pintu. Oh, aku harus berdiri di mana ini?
(Nona Kate masuk Ruang Tamu dan segera membanting tasnya di atas sofa lalu duduk kelelahan.)

Nona Kate
Di mana mama?

Karabo
Tadi Nyonya mengatakan akan pulang larut malam. Banyak yang harus diurus di kota.

Nona Kate
Apa Pesannya?

Karabo
Tidak ada. Hanya menyuruh saya menyiapkan makan malam untuk Nona.

Nona Kate
Aku suka masakanmu. Sesuai resep. Harusnya kau memasak di hotel-hotel kelas satu. Itu akan lebih baik buatmu.

Karabo
Nyonya juga mengatakan begitu. Tapi tidak akan, Nona. Kupikir, memasak di hotel seperti memberi makan sapi-sapi. Tak seorang pun yang akan berterima kasih. Dan saya kira, semuanya berkat Nona dan Nyonya yang telah mengajari saya masak.

Nona Kate
Kau jangan melebih-lebihkan. Itu karena kelebihan dan kepandaianmu menangkap apa yang kami ajarkan padamu. Pelayan kami sebelummu tidak pernah memasak seenak masakanmu. Dan kami selalu gagal mengajarkan masakan-masakan sesuai resep kami.

Karabo
Sejak saya datang bekerja di rumah ini, Nona dan Nyonya mengajari saya banyak masakan. Di sinilah, Nona, saya pertama kalinya belajar kata resep memasak. Ketika Nona pergi sekolah besar, Nyonya mengajariku membaca buku masakan. Pada mulanya aku sangat lambat, lebih lambat dari pedati sapai. Sekarang aku tahu lebih banyak. Sesudah beberapa bulan di sini, aku bisa memasak masakan spesial untuk tamu-tamu Nyonya atau Nona.

Nona Kate
Ya. Para tamu juga sering memuji masakanmu. Dan lagi, caramu melayani mereka juga sangat bagus.

Karabo
Nyonya yang mengajari saya cara melayani para tamu dengan baik.

Nona Kate
O, aku tidak pernah melihat mama melakukannya.

Karabo
Nyonya melakukannya ketika Nona sedang pergi ke sekolah besar. Tidak hanya pada saya, Nona. Apakah Nyonya tidak pernah menceritakan ini?

Nona Kate
Kau tahu sendiri, Karabo. Aku dan mama jarang bertemu. Kami sibuk sendiri-sendiri. Seperti sekarang ini. Aku pulang, mama pergi. Hanya sarapan yang mempertemukan kami. Mama memang sering pergi rapat.

Karabo
Untuk apa?

Nona Kate
Untuk saudara-saudaramu.

Karabo
Saudara-saudaraku berada di Phokeng jauh di sana. Mereka punya mulut. Kenapa Nyonya ingin mengatakan sessuatu untuk mereka? Apa Nyonya tahu yang ingin dikatakan ibu dan yang ingin dikatakan ayah? Mereka bisa bicara jika mereka inginkan.

Nona Kate
(Mengangkat pundak lalu menurunkannya) Bagaimana mengatakannya padamu, Karabo? Aku tidak bilang saudara-saudaramu Cuma keluargamu. Maksudku, semua orang kulit hitam di negeri ini.

Karabo
Oh! Apa yang ingin dikatakan orang kulit hitam?

Nona Kate
(mengangkat pundaknya sambil menarik nafas panjang-panjang lalu menurunkannya.)

Karabo
Dengan siapa Nyonya dalam rapat itu?

Nona Kate
Tentu saja dengan orang lain yang berpikiran sama.

Karabo
Nona mengatakan ada orang di dunia ini yang memikirkan hal yang sama?

Nona Kate
(menganggukkan kepala)

Karabo
Tentang hal-hal apa?

Nona Kate
Supaya beberapa di antara kalian suatu hari nanti bisa berada di antara mereka yang memerintah negeri ini, mendapat lebih banyak uang untuk yang mereka lakukan terhadap orang kulit putih.

Karabo
Aku mengerti sekarang. Katakana padaku, Nona, kenapa Nyonya selalu menulis di mesin ketik, setiap saat hamper setiap hari?

Nona Kate
Mama sedang menulis buku.

Karabo
Maksud Nona buku seperti itu? (menunjuk buku-buku di rak.)

Nona Kate
Ya. Setiap hari mama selalu mencari informasi-informasi aktual tentang saudaramu. Mama kumpulkan informasi-informasi itu sebagai data dan kemudian menuliskannya manuskrip untuk kemudian diterbitkan dalam bentuk buku. Selain itu, mam juga menulis untuk surat kabar dan majalah-majalah untuk mengatakan tentang orang kulit hitam, yang seharusnya diperlakukan dengan baik, dibayar lebih banyak, dan untuk orang kulit hitam yang bisa membaca dan menulis banyak hal akan dipilih untuk menyuarakan hak-hak bagi mereka.
Mama dan wanita-wanita lain yang berpikiran sama sepertinya memakai sabuk hitam dipundak mereka ketika mereka sedih dan mereka ingin memperlihatkan pada pemerintah kulit putih bahwa mereka tidak suka hal-hal yang sudah dilakukan terhadap orang-orang kulit hitam. Mama dan yang lainnya pergi dan berdiri di tempat di mana pemerintah akan keluar dan masuk gedung.

Karabo
Apakah pemerintah dan orang kulit putih mendengarkan dan menghentikan dosa mereka?

Nona Kate
Tidak. mamaku anggota kelompok kulit putih lain dari mereka.

Karabo
Apakah pemerintah memberi Nyonya dan wanita-wanita lain itu teh atau kue, begitu?

Nona Kate
Karabo! Bodohnya. Oh!

Karabo
Maaf, Nona. Di tempat saya, jika ada orang yang datang dan berdiri di depan rumah, saya akan menyuruhnya masuk dan saya memberinya makanan. Orang-orang kulit putih bagus. Tetapi, mereka tetap berdiri di sana dan orang pemerintah tidak memberikan apa-apa pada mereka?

Nona Kate
Maksudmu aneh! Berapa kali sudah kuajari kau untuk tidak mengatakan bagus kalau maksudmu aneh! Begini. Mereka tidak berdiri di sana sepanjang hari meminta teh atau kue, bodoh! Ya ampun! Mereka melakukan demonstrasi!

Karabo
Ooo… saya paham, Nona. Saya sering membacanya di Koran.

Nona Kate
Ha? Kau membaca Koran?

Karabo
Ya.

Nona Kate
Dari mana kau bisa baca Koran?

Karabo
Nyonya memberikan koran pada saya. Menyuruh saya membaca, katanya, agar saya bisa membaca dan menulis dengan cepat. Saya membaca dengan pelan-pelan.

Nona Kate
Setelah itu?

Karabo
Ketika aku selesai membaca, Nyonya memintaku menceritakan beberapa hal dari situ.

Nona Kate
Apa yang kau pelajari dari situ?

Karabo
Saya jadi semakin tahu. Saya belajar dan belajar banyak hal tentang orang kulit hitam di dalam dan di luar kota yang tidak saya ketahui sedikti pun.

Nona Kate
Bagus! Berarti kau sudah paham.

Karabo
Tidak semuanya, Nona.

Nona Kate
Tidak semuanya? Lalu apa yang kau lakukan?

Karabo
Bertanya pada Nyonya.

Nona Kate
Aduh, Karabo! Bodohnya kau ini! Itu artinya kau sudah mengerti.

Karabo
Itu yang sering dikatakan Nyonya pada saya. Bodohnya kau, Karabo! Itu artinya kau sudha mengerti. Nona sudah seperti Nyonya saja. Tapi kenapa Nona masih sekolah padahal Nona sudah sebesar ini?

Nona Kate
(Tertawa geli karena kebodohan Karabo.) Karabo! Karabo! Sekolahku yang ini, itu untuk orang-orang besar yang sudah menyelesaikan tingkatan sekolah yang lebih rendah. Aku belajar banyak hal-hal penting mengenai memasak dan makanan. Itulah sebabnya aku bisa menjelaskan dengan lebih baik sekaligus mengajarimu memasak.
Hei, kau sudah baca tulisan mama di koran kota tiga hari lalu?
Karabo
Sudah, Nona.

Nona Kate
Apa yang kau tahu?

Karabo
Nyonya selalu jengkel mengenai cara polisi kulit putih memukuli orang kulit hitam, mengenai cara orang kulit hitam bekerja pada kulit putih, orang kulit hitam dinggap mengganggu dan bikin rebut pada hari Minggu petang ketika mereka ingin istirahat di rumah-rumah dan kebun mereka. Banyak hal buruk terjadi ketika orang kulit hitam bertemu dengan orang kulit putih di trotoar atau di jalan. Jadi Nyonya menulis untuk surat kabar supaya orang lain tahu, untuk meminta pemerintah bersikap baik terhadap kami.

Nona Kate
Bagus! Kau sudah banyak paham. Aku capai, Karabo. Buatkan aku teh.

Karabo
Baik, Nona. (Karabo ke dapur membuat teh. Nona Kate duduk dikursinya, menikmati kelelahannya.)

NONA KATE MEROGOH TAS DENGAN TANGAN KANANNYA. TANGAN KANANYA KELUAR MEMEGANG BUKU YANG TEBAL. IA MEMBACA SEBENTAR LALU MELETAKKAN BUKU ITU DI ATAS MEJA. IA MENARIK NAFAS PANJANG LALU MENGHEMBUSKANNYA.
KARABO MASUK DENGAN TAMPAH DAN SECANGKIR TEH DITANGANNYA.

Karabo
(Meletakkan secangkir teh di atas meja.) Silahkan, Nona.

Nona Kate
Terima kasih. (Meminum teh lalu kembali meletakkan punggungnya di sandaran sofa) Jika seorang perempuan atau gadis tidak Black Crow Club di jalan Bree, itu artinya ia tidak apa-apa. Itulah tempat bagian kotor dari kota dimulai, dengan pabrik dan pasar. Setelah pasar adalah tempat orang India dan kulit berwarna tinggal. Kau pernah ke sana?

Karabo
Pernah, Nona. Black Brow adalah tempat bus berbalik dan kembali ke kota kulit hitam.

Nona Kate
(Duduk tegak melihat Karabo) Hei, sudah berapa kali aku bilang jangan duduk dibawah. Duduklah di kursi.

Karabo
Baik, Nona.
Nona Kate
Kau ini susah sekali dibilangin! Ngeyel! Kau seperti perempuan-perempuan di jalan Bree saja! (diam sejenak) Apa lagi yang kau ketahui tentang Black Crow Club di jalan Bree itu?

Karabo
Perempuan-perempuan menjual kentang manis panas, buah, kacang monyet, dan telur rebus di pinggiran trotoar pada musim dingin. Jalan-jalan penuh dengan kentang, kulit buah dan kulit kacang monyet. Di sana selalu ada bau babi panggang.

Nona Kate
Mama banyak kenal orang kulit hitam yang bekerja di sana.

Karabo
Nyonya juga senang jika saya menghabiskan hari Kamis petang di klub seperti itu.

Nona Kate
Ya. Karena kau bisa belajar menjahit dan merajut.

Karabo
Dan masih banyak hal lain yang saya sukai.

Nona Kate
Seperti apa?

Karabo
Menari, misalnya.

Nona Kate
Oh! Kau suka menari? Menarilah untukku.

Karabo
Tapi saya tidak pandai, Nona.

Nona Kate
Ayolah! menarilah untukku. Menari selalu membuat capaiku hilang.

Karabo
Nona juga suka menari

Nona Kate
Tentu saja. Baiklah aku akan hidupkan musik dan kau menari (pergi ke pemutar musik. Setelah musik berputar, Nona Kate kembali ke sofa dan menyuruh Karabo berdiri dan menari)

KARABO MULAI MENARI MENGIKUTI ALUNAN MUSIK. PELAN-PELAN IA BERGERAK, TUBUHNYA SANGAT BAGUS JIKA DIGERAKKAN SEPERTI ITU. NONA KATE MEMPERHATIKAN DENGAN SERIUS. AGAK BERSELANG LAMA, KARABO MENARIK NONA KATE UNTUK MENARI BERSAMA.
TARIAN MEREKA BERHENTI KETIKA TERDENGAR BEBERAPA KALI KETUKAN DI PINTU. KARABO MENGHENTIKAN TARIAN LEBIH DULU.

Karabo
E, Nona. Sepertinya ada tamu. Saya akan lihat siapa tamunya. (Pergi ke arah pintu dan Nona Kate menghentikan musiknya)

Karabo
(Suara di luar) Hei, ada apa malam-malam kemari?

Chimane
Tidak ada apa-apa. Aku sendirian di rumah. Majikanku pergi ke luar kota sampai dan akan pulang besok siang. Jadi aku putuskan untuk menemuimu.

Nona Kate
Karabo, siapa tamunya. Ajaklah masuk.

Karabo
(Dari luar) Chimane Nona!

Nona Kate
Ajaklah dia masuk.

Karabo
Ayo masuk. Tidak apa-apa. (Karabo dan Chimane masuk)

Chimane
Maaf Nona, saya mengganggu. Saya hanya…

Nona Kate
Tidak ada yang merasa terganggu. Kami hanya bersantai. Bergabunglah. Ajak dia duduk, Karabo. Dan buatkan teh untuknya.

Chimane
Tidak usah, Nona. Itu hanya merepatkan saja.

Nona Kate
Karabo, apa kau akan repot untuk sekedar membuat teh.

Karabo
Tentu saja tidak, Nona.

Nona Kate
Kalau begitu, buatlah.

Karabo
Baik, Nona
(Karabo pergi ke dapur membuat teh.)

Chimane
Nona Kate baik sekali.

Nona Kate
Kau tamu di sini, dan setiap tamu harus diperlakukan sama. Ngomong-ngomong, apa majikanmu tidak berada di rumah?

Chimane
Tuan dan Nyonya beserta keluarga pergi ke kota sampai besok siang. Katanya ada saudara di kota yang sedang meninggal. Saya sendirian di rumah. Lalu saya putuskan untuk ke sini setelah mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Nona Kate
Pak Bon tidak di rumah?

Chimane
Ikut mengantar Tuan dan Nyonya.

Nona Kate
Kami tadi sedang membicarakan Black Crow Club. Ketika kutanya apakah Karabo suka menari. Dia bulang suka, lalu kami menari bersama. Kau pernah ke Black Crow Club?

Chimane
Ya. Setiap Kamis sore saya menghabiskan waktu di sana bersama Karabo.

Nona Kate
Kau belajar menari juga?

Chimane
Tentu saja, Nona. Kami belajar apa yang bisa kami pelajari di sana. Tapi saya lebih suka menjahit daripada menari. Kami melakukannya bersama-sama.

Nona Kate
Oh ya, tadi kulihat ada anjing baru di tempatmu?
(Karabo Keluar)

Chimane
Betul, Nona. Nyonya baru saja membeli anjing baru. Anjingnya besar, segede ini. Besar dalam arti bodoh. Nyonya ingin saya membawa anjingnya keluar untuk jalan-jalan setiap sore dan saya bilang padanya, itu bukan tugas saya, di rumah yang lain si tukang kebun yang melakukannya. Saya Cuma ingin bilang pada diri saya, bahwa anjing itu boleh pergi ke ayam-ayam. Biarkan anjing menggigit siku mereka sebelum saya menghajar anjing keluar. Aku belum marah betul…

Karabo
Itu belum terlalu parah. Kau tahu anak majikan Rebone itu. Anak majikannya memelihara tikus putih besar dan ia menaruhnya di tempat tidur kalau ia pergi ke sekolah. Dan membiarkan selimut bau kencing dan semua yang tak masuk akal. Kau tahu apa yang dilakukan anak itu ketika aku mengantar Rebone pulang? Anak itu menyuruhku mencuci selimutnya yang bau kencing itu. Gila!

Chimane
Apa karena itu Rebone dikeluarkan dari rumah majikannya?

Karabo
Bukan. Nyonyanya mengeluarkannya karena tuannya selalu menepuk pantatnya dnegan jari-jarinya. Dan ketika si Nyonya melihat di tuan sedang mendekapkan Rebone ke badannya…

Nona Kate
Kulit Putih memang jalang

Karabo
Bukan. Bukan itu, Nona. Si Nyonya terlalu tua untuknya.

Chimane
Rebone adalah temanku. Kita harus membantunya mencari pekerjaan sebelum ia berpikir untuk pulang kampung.

Karabo
Betul. Tapi…
(Terdengar pintu diketuk beberapa kali. Dengan segera Karabo berdiri menuju pintu. Ia kembali masuk bersama sang tamu, Lilian Ngoyi, guur menjahitnya)

Lilian Ngoyi
Oh! Sedang ada pertemuan kecil rupanya? Maaf kalau mengganggu.

Nona Kate
Kami tidak merasa terganggu Nyonya Lilian. Kami hanya sedang bersantai.

Lilian Ngoyi
Bagus kalau begitu. Chimane? Kau di sini juga? (Chimane hanya mengangguk) Bersantai bisa sedikit mengendorkan saraf. Aku ingin bertemu dengan ibumu.

Nona Kate
Maaf Nyonya Lilian. Mama sedang tidak ada di rumah. Ada beberapa hal yang harus diselesaikannya di kota.

Lilian Ngoyi
Dia pasti menghadiri rapat. Aku kira dia tidak berangkat. Menyesal sekali aku tidak menghadiri rapat itu. Ngomong-ngomong apa yang sedang kalian bicarakan? Pasti tentang laki-laki? Gadis-gadis seumuran kalian memang biasa membicarakan lelaki.

Nona Kate
Kami sedang membicarakan pelajaranmu.

Lilian Ngoyi
Bagus sekali. (Pada Karabo dan Chimane) Kalian memang murid yang pandai. Chimane pintar menjahit dan Karabo pintar menari. Kalian harus terus belajar. Waktunya sudah habis bagi gadis-gadis dan wanita kulit hitam di pinggir kota untuk puas dengan bekerja, mengirim uang ke rumah, dan menemui keluarga sekali setahun. Kalian harus belajar. Dunia tidak akan pernah aman bagi orang kulit hitam sampai kalian menduduki kursi pemerintahan dengan kekuasaan membuat hukum. Kekuasaan seharusnya diberikan kepada orang Afrika yang lebih banyak jumlahnya ketimbang orang kulit putih.

Karabo
Apakah kita akan mengambil tempat orang kulit putih di pemerintahan?

Lilian Ngoyi
Beberapa Ya. Tetapi kita akan lebih banyak dari mereka karena kita lebih banyak di negeri ini. Tetapi juga orang dari semua kulit berwarna akan bersama-sama dan ada juga orang kulit putih yang baik yang bisa kita pilih dan ada orang Afrika yang dipilih orang kulit putih di dalam pemerintahan.

Chimane
Ada Nyonya dan tuan yang baik dan ada yang jahat. Apakah yang baik akan jadi teman kita?

Lilian Ngoyi
Tuan dan pelayan tidak akan jadi teman. Tidak akan, jadi tolong keluarkan itu dari kepalamu! Kalian bahkan tidak yakin jika mereka yang kalian bilang baik tidak seperti itu karena tidak bisa bernafas atau hidup tanpa pekerjaan dari tangan kalian. Sepanjang kalian membutuhkan uang mereka, hadapi dengan rasa hormat. Tetapi kalian harus tahu bahwa banyak hal menyedihkan terjadi di negeri ini. Jadi kalian harus belajar. Menambah apa yang sudah kalian ketahui, dan turuti kami pada saat kami memintamu membantu kami karena kami akan membatu kalian.
Ingat suadara-saudara yang miskin di kampung dan cara orang kulit putih memindahkan mereka dari satu tempat ke tempat yang lain seperti roda dan ternak. Satu tangan tidak bisa mencuci dirinya sendiri, perlu tangan lain untuk membantunya.

Nona Kate
Seorang kulit putih diurus oleh pengasuhnya yang kulit hitam dan ibunya ketika ia masih bayi. Ketika ia dewasa pemerintah kulit putih menjaganya, mengirimnya ke sekolah, membuat tidak mungkin baginya untuk menderita kelaparan hebat, menyediakan pekerjaan baginya setelah ia ingi pergi dari sekolah. Begitu?

Lilian Ngoyi
Ya! Itulah pandangan orang kulit putih. Berapa orang kulit putih bisa dilahirkan di rumah sakit kulit putih? Tumbuh di jalan kulit putih? Bepakain katun yang indah, berbaring di bantal putih? Berapa banyak orang kulit putih bisa hidup sepanjang hidupnya di tempat yang dipagari jauh dari orang berwarna kulit lain dan kemudian, sebagai pria dan wanita dengan cepat belajar cara-cara berfikir yang benar, dengan cepat belajar cara-cara mengajukan pertanyaan yang ada di kepala mereka, pertanyaan-pertanyaan besar yang akan melempar semua hal-hal yang bagus dari kehidupan orang kulit putih? Berapa banyak?

Nona Kate
Sangat sedikit.

Lilian Ngoyi
Tepat sekali. Untuk orang kulit putih yang belum mulai bertanya, sudah terlambat. Untuk mereka yang sudah mulai dan sudah bergabung dengan kami dengan kedua kaki di dalam rumah kita, kita hanya dapat mengatakan: Selamat Datang!
Baiklah! Aku terlalu banyak ikut campur di sini. Teruskanlah. (pada Chimane dan Karabo) Kalian beruntung bekerja pada majikan kalian yang sekarang. Bekerjalah dnegan baik dan jangan lupa belajar.

Chimane dan Karabo
Terima kasih, Nyonya.

Lilian Ngoyi
Aku pamit dulu. Sampaikan saja pada ibumu, aku ke sini mencarinya.

Nona Kate
Nanti akan saya sampaikan. (Mengantar Lilian Ngoyi keluar) (masuk lagi). Nyonya Lilian memang cerdas. Ia semakin menjadi hutan gelap yang membuat orang takut memasukinya, dan yang tidak akan pernah diketahui orang. Dia sulit ditebak. Tapi wanita itu mudah dimengerti, seperti semua wanita kulit putih. Apalagi yang diajarkannya pada kalian di Black Crow?

Karabo
Tidak ada, Nona. Konapa Nona bertanya seperti itu?

Nona Kate
Oh! Kau sudah berubah rupanya?

Karabo
Apa Yang Nona maksud?

Nona Kate
Ya, kau berubah

Karabo
Bukannya kita akan selalu berubah, Nona.

Nona Kate
Kau juga sudah semakin mengerti. Berapa banyak Koran yang kau baca dalam sehari?

Karabo
Dulu beberapa sehari tapi sekarang hanya satu. Koran kulit putih hampir selalu punya gambar-gambar orang kulit putih. Mereka kebanyakan bicara tentang orang kulit putih dan kebun, anjing, pernikahan, dan pesta mereka. Tapi Nyonya membelikan saya Koran Minggu yang bicara mengenai manusia. Nyonya membelikannya untuk saya. Saya lebih suka membaca koran Minggu.

Nona Kate
Baiklah Karabo, aku akan mandi dan ganti baju. Kau temani saja Chimane.

Karabo
Baik, Nona. (Nona Kate masuk ke dalam)

Chimane
Nona Kate memang selalu baik seperti ibunya, tapi tidak seperti ayahnya.

Karabo
Sudahlah jangan bicarakan mereka.

Chimane
Hei, Karabo, kau tahu?

Karabo
Tidak. Apa? Sebelum kau mulai dengan ceritamu, katakana padaku, apakah Timi kembali padamu?

Chimane
Ah, aku tidak peduli. Ia masih marah. Tapi laki-laki memang bodoh, mereka selalu menyeret kembali diri mereka di atas perut mereka yang kosong. Hei, kau tahu?

Karabo
Apa?

Chimane
Muroti K.K
Karabo
Ah, dia lagi. Ada apa dengannya?
(Tiba-tiba seorang lelaki masuk dengan berdehem. Ia adalah tukang kebun di rumah ini. Ia pun bergabung)

Dick
Hei Chimane, tumben sekali kau ke sini malam-malam.

Chimane
Ya. Sudah tidak ada pekerjaan.

Dick
Apa yang sadang kalian bicarkan?

Chimane
Moruti K.K

Dick
Moruti? Pendeta tanpa gereja itu?

Chimane
Ya.

Dick
Aku ingin mendengarnya. Ceritakanlah.

Chimane
Kamis lalu aku melihat Moruti. Aku tertawa sampai jatuh ke tanah. Ia berdiri di depan Black Crow. Aku yakin perutnya yang besar sedang menangis karena kelaparan. Sekarang ia punya anjing kecil yang selalu dikepit di ketiaknya. Ketika itu dia berdiri di hadapan seorang perempuan yang menjual terus rebus dan isi perut sedang mendidih dalam panci. Aku membayangkan, oh, harunya kentang dan telur rebus! Aku tidak tahu tahu apa yang dilakukan perempuan itu. Aku berdiri di dekat situ. Ajingnya terus saja bergerak-gerak dan menjulurkan hidungnya, memandangi babat yang mendidih. Moruti menenangkannya dengan menepukkan tangannya. Tapi sekali lagi anjing itu melepaskan diri dari tangan Moruti dan ia mengelurkan suara dari hidungnya. Ah… satu, dua, tiga, anjing itu melepaskan diri dan menangkap makanan daging enak itu. Luput, dan ia jatuh ke dalam kuah panas di mana babat itu dimasak. Moruti mencoba mengejarnya. Anjing itu menabrak telur dan kentang perempuan itu dan smeuanya bertaburan di tanah. Perempuan itu berdiri dan mengejar Moruti. (Dick tertawa keras. Karabo tertawa biasa)

Karabo
Perempuan itu berteriak padanya supaya membayar?

Chimane
Ya., tentu saja. Kau tahu aku saat itu? Aku tertawa sampai air mataku keluar.
Dick
Dan Moruti kembali membayar makanan yang terbuang?

Chimane
Ya. Ia membayar.

Dick
Dan anjing itu?

Chimane
Ia menangkapnya. Seekor anjing Afrika yang bagus. Seekor anjing harus mencari makanannya sendiri pada saat bukan waktu makan. Bukan malaikat-malaikat bodoh manja yang oleh orang putih terus-menerus disuguhi teh dan biskuit.

Dick
Apakah pendeta itu seirng ke Black Crow Club?

Karabo
Ya. Dia dating ke klub, melihat kami dengan senyum halus pada wajah halusnya uang bundar.

Chimane
Dia memandangi kami satu per satu, dengan senyum itu sepanjang waktu, seolah dia lupa bahwa senyum itu ada di wajahnya.

Karabo
Betul. Ketika dia melihat pada kami, hamper menelanjangi kami dengan mata bersinarnya yang berair. Lucu. Dia seolah-olah petani yang menatap jagung tua, sambil memikirkan banyak hal.

Karabo
Dia sering bicara tanpa malu mengenai apa yang disebut gadis matang dengan buah dada bagus dan padat. Ia bilang gadis-gadis seperti itu murni tanpa hal-hal nonsense di dalam kepala dan tubuh mereka.

Dick
Kenapa dia tidak bergabung dengan gereja mana pun? Aku sering melihatnya membaptis, menikahkan, dan menguburkan orang secara gratis.

Chimane
Dia dulunya di Gereja Presbiterian, tapi dikeluarkan. Dia membangun miliknya sendiri, tetapi tidak berkembang. Kemudian dia dating dan membuka Black Crow dan bertemu dengan Nyonya Lilian Ngoyi. Moruti takut padanya. Wajahnya sangat lucu ketika dia terlihat takut pada Nyonya Lilian Ngoyi. Wajahnya seperti anjing majikankuku. Sangat istimewa.

Dick
Istimewa? Apa yang istimewa? Apa itu anjing! Begitu banyak anjing, kucing, dan burung kakaktua di Greenside dan tempat-tempat lain sehingga anjing majikanmu itu tidak terlihat istimewa.

Chimane
Tentu saja ada yang istimewa! Caranya menyayangi anjing-anjing, mungkin. Dua aning majikanku, harus sering dimandikan, disisir, disemprot dan mereka tidur di atas kain linen warna jambu merah. Anjing-anjing itu diberi pita merah jambu yang sebagin besar ada dilehernya, punggungnya memakai penutup. Meskiupun mereka membuatku muak ketika aku melihat mereka di dalam keranjang, tampak gemuk, dan seolah-olah mereka tahu yang tejadi di mana-mana. Untung saja anjing-anjing itu menjadi menjadi tugas Pak Bon. Pak bon mengurusi Monty dan Malan, memberi makan, dan mengerjakan segala pekerjaan kebun dan kebersihan rumah.

Dick
Kalau saja Pak Bon tidak sabar, anjing-anjing itu mungkin sudah dibunuhnya. Anjing-anjing Eropa memang bodoh dan manja. Kau tahu, meskipun Pak Bon di rumah majikanmu sangat sabar tapi Nyonyamu itu tidak pernah percaya padanya. Nyonyamu sering melihat anjing-anjingnya setelah mereka makan atau sesudah dibersihkan dan bilang pada mereka, apakah Pak Bon memberimu makan, Sayang? Atau, apakah Pak Bon membersihkan kalian, Sayang? Coba kulihat. Aku sering melihatnya, dan betapa wajahnya menjadi merah karena marah.

Karabo
Kenapa soal anjing saja kalian ributkan! Di kampung, orang bicara dengan sapi.

Chimane
Ya. Orang bicara pada sapi karena ia menginginkannya menarik bajak atau pedati.

Dick
Meskipun begitu, tak seorang pun begitu saja mendatangi sapi, memandangnya dan berbicara padanya. Coba aku Tanya pada kalian, apakah kalian pernah melihat seseorang dari tempat asal kalian membawa sapi betina dan mencium mulut atau pipinya.

Karabo
Hei! Kita sedang membicarakan sapi jantan bukan sapi betina. (Dick hanya tertawa)

Dick
Hei Chimane, kalau kau ada waktu, kau seharusnya melihat ke dalam kamar tidur Nyonyamu. Apa yang dilakukannya. Hahaha… (tertawa semakin keras, Karabo dan Chimane kesal memperhatikan tingkahnya.)

Karabo
Dick! Jangan kurang ajar! Sudahlah. Ini tidak lucu.

Dick
Ya, ya. Baiklah. (suasana diam sejenak)

Karabo
Kalian mau kue. Aku masih ada sedikit sisa. Cukup untuk kita bertiga.

Dick
Kenapa tidak dari tadi kau keluarkan.

Karabo
Karena aku tahu kau akan menghabiskannya. Aku akan mengambilnya sebentar.

Dick
Hei aku ikut. Biar aku membawakan.

Karabo
Masalah makanan, kau tidak pernah ketinggalan! Dasar!

EMENTARA CHIMANE DITINGGAL SENDIRIAN DI RUANG TAMU, IA MEMIKIRKAN DIRINYA. MATANYA TERLIHAT MENERAWANG KE ARAH JAUH. TIBA-TIBA SAJA, AIR MATANYA KELUAR, IA MENANGIS.
KARABO DAN DICK MASUK MEMBAWA KUE SAMBIL TERTAWA-TAWA. DICK MENGHENTIKAN LANGKAHNYA KETIKA MELIHAT CHIMANE TERSEDU-SEDU.

Dick
Apa yang terjadi, Chimane? (Beberapa saat Chimane hanya diam)

Karabo
Ceritakan pada kami masalahmu. Kami akan membantumu. Kita ini saudara, Chimane. Ada masalah apa?

Chimane
(Menyeka matanya berkali-kali) Baiklah. Aku ceritakan. Laki-laki itu semakin menyulitkanku.

Karabo
Timi?

Dick
Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan dia.

Karabo
Apa yang dilakukannya?

Chimane
Timi pergi meninggakanku.

Dick
Apa?! Kurang ajar sekali laki-laki itu. Akan aku hajar, kalau bertemu dengannya.

Chimane
Sudahlah. Terima kasih atas bantuanmu. Tapi itu tidak ada gunanya.

Dick
Apa maksdumu?

Chimane
Ini salahku. Kalian sudah tahu aku hamil? (Dick dan Karabo mengangguk). Waktu itu, Aku pergi mengunjungi seorang wanita di pinggiran kota.

Karabo
Apa yang kau lakukan?

Chimane
Wanita itu memegang jarum yang tajam, melindungi ujung jarum itu dengan jarinya, dan memasukkannya ke dalam rahim. Dia lalu meraba-raba di dalam rahim sampai ia menemukan telur dan kemudian menusukkannya. ia memberiku sesuatu yang megurangi pendaharan, tetapi rasanya sakit sekali.

Karabo
Apa?! Kau bodoh! Kau bodoh! Kau bodoh! Kenapa kau gugurkan bayi itu. Dia tidak bersalah!

Chimane
Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bingung dan stress.

Karabo
Katamu, Timi mengatakan padamu untuk tidak perlu khawatir, dank au bisa menjadi istrinya. Aku tahu Timi orang seperti apa. Dia baik. Beberapa dari anak muda dengan gaya anak kota yang tahu berlalu banyak akan mengatakan; ya, tu anakku. Dia bertanggungjawab.

Chimane
Kau mengatakan hal ini sekarang, he! Apa kau tidak mengerti kalau aku belum bekerja cukup lama untuk keluargak? Jika aku menikah sekarang, siapa yang akan menghidupi mereka padahal aku satu-satunya anak mereka, harapan mereka?

Karabo
Aku kira, kau bisa membicarakannya dengan Timi. Kau bisa pulang ke kampung dan pada saat bayi itu lahir kau akan menjaganya selama tiga bulan dan ketika kau sudah menikah kau dating ke kota untuk bekerja dan bisa mengumpulkan uang untuk membantu orang tua sementara mereka menjaga anakmu itu.

Chimane
Apa yang akan kami makan selama di kampung? Keadaan sudah tidak lagi seperti dulu ketika kami masih memiliki tanah. Kalau saja kami masih punya tanah, aku akan pulang ke kampung, ibu bisa ke ladang sampai anak itu lahir.
Ah. Lebih baik aku pulang saja!

Dick
Chimane! Kau mau ke mana? (Chimane tidak menjawab. Terus saja berlalu meninggalkan mereka berdua). Karabo, aku akan menemani Chimane. Aku khawatir dia melakukan yang tidak-tidak. (Karabo hanya diam dan Dick pergi menyusul Chimane)

SUASANA HENING DI RUANG TAMU ITU, SEKARANG. KARABO TERLIHAT SANGAT BERAT. BERKALI-KALI IA TERLIHAT GUSAR DAN MENGHEMBUSKAN NAFAS DENGAN BERAT. KARABO DUDUK MENYANDARKAN TUBUHNYA PADA SOFA.
NONA KATE MASUK DENGAN MARAH-MARAH.

Nona Kate
Karabo! Kenapa di dapur banyak sekali piring dan gelas kotor?! Siapa yang mengadakan pesta?!

Karabo
(Terlihat kelabakan) e..e.. tadi siang Nyonya mengundang orang-orang Afrika untuk makan di sini, Nona.

Nona Kate
Berapa orang?

Karabo
Terlalu banyak, Nona.

Nona Kate
Aku tidak tahu mengapa mama mengundang banyak orang Afrika ke rumah ini. Beberapa saja cukup. Kalau hal ini sampai diketahui pemerintah, mama bisa saja ditangkap karena alasan menyembunyikan dan melindungi kulit hitam yang tanpa surat. Aku sudah mengatakn ini berkali-kali pada mama, tapi rupanya dia tidak mempedulikan omonganku. Kau juga! Aku sudah bilang padamu, jangan layani mereka jika mama membawa mereka terlalu banyak.

Karabo
Maaf, Nona. Saya tidak berani membantah Nyonya.

Nona Kate
Aku tidak peduli! Boleh saja mama memelihara orang kulit hitam tapi aku tidak menginginkan rumah ini di injak-injak sembarang orang! (Semua diam sejenak) Kau boleh pergi. Aku akan menunggu, mama pulang.

NONA KATE SENDIRIAN, WAJAH MENUNJUKKAN KEMARAHAN YANG SANGAT. DI SAAT BEGITU, NYONYA PLUM DATANG.

Nyonya Plum
Hei! Kate, putriku. Kau belum tidur?

Nona Kate
Belum.

Nyonya Plum
Kanapa wajahmu seperti, sayang. Kau punya masalah?

Nona Kate
Jangan panggil aku sayang, kalau mama tidak mempedulikan omonganku.

Nyonya Plum
Apa yang kau katakan. Mama menyayangimu.

Nona Kate
Tapi bagaimana kalau mama sudah tidak mempedulikan omonganku? Apa itu disebut sayang?

Nyonya Plum
Apa yang kau maksudkan? Mama tidak mengerti?

Nona Kate
Mama. Mama masih ingat, aku mengatakan pada mama untuk tidak lagi membawa orang-orang Afrika itu masuk ke rumah ini. Mama bisa saja …

Nyonya Plum
Putriku. Kau harusnya mengerti keadaan mereka.

Nona Kate
Aku tahu, mama. Tapi aku tidak mau kalau rumah ini dijadikan sarang mereka. Mengundang beberapa saja cukup, kukira! Pemerintah akan…

Nyonya Plum.
Sebagian mereka mengenalmu, dan kau juga mengenal mereka. Mereka tidak sering bertemu dengan kulit putih, mereka hidup jauh di sana, di rumah mereka yang gelap. Segelap kulitnya. Mereka tidak datang sebagai teman tapi mereka datang hanya menginginkan makan dan minum gratis.

Nona Kate
Aku tidak peduli dengan mereka

Nyonya Plum
Apa?! Kau tidak peduli? Lalu apa kau juga tidak peduli pada dokter itu?

Nona Kate
Siapa yang mama maksud?

Nyonya Plum
Orang Afrika. Dokter kulit hitam!

Nona Kate
Apa urusan mama!

Nyonya Plum
Apa urusan mama? Hahaha… kau katakan apa urusan mama? (Menuju sofa dan duduk) Karabo! Karabo! (Karabo datang dengan tergopohgopoh)

Karabo
Iya, Nyonya.

Nyonya Plum
Karabo. Kau tahu dokter yang sering datang makan malam di sini?

Karabo
Iya, Nyonya.

Nyonya Plum
Kau tahu, Kate putriku mencintai lelaki Afrika itu, dank au tahu hal yang paling mengejutkanku Karabo, mereka sudah merencanakan akan meninggalkan negeri ini dan menikah di luar. Bilang padaku Karabo, apa yang saudara-saudaramu pikir mengenai soal macam ini, antara wanita kulit putih dan pria kulit hitam? Itu tidak mungkin benar, kan?

Karabo
Saya belum pernah melihat itu terjadi sebelumnya di tempat asal saya.

Nyonya Plum
Betul, Karabo. Ini betul-betul gila! Dan kau mungkin belum tahu, Putriku. Karabo juga mencintainya. Eh, baiklah. Aku capai sekali. Aku ingin istirahat.

Nona Kate
Mama jangan pergi dulu. Aku masih ingin bicara. Mama… mama… aku akan pergi dari rumah ini. (Nyonya Plum hanya diam sambil terus berjalan menuju kamarnya)

HANYA TINGGAL NONA KATE DAN KARABO. KARABO MENUNDUKKAN KEPALANYA. NONA KATE MEMPERHATIKANNYA SEBENTAR LALU MASUK KE DALAM KAMARNYA, KARABO HANYA DIAM. TIDAK SELANG LAMA NONA KATE KELUAR DENGAN MEMBAWA KOPER DI TANGANNYA. UNTUK NONA KATE KEMBALI MEMPERHATIKAN KARABO SEJENAK LALU PERGI TANPA BICARA. KARABO DIAM TERPAKU.

Karabo
Apa salah kami? Apakah kesalahan jika kami dilahirkan dengan memiliki kulit hitam? Inilah yang diberikan Tuhan pada kami. Kalau saja kami bisa memilih, kami tidak akan memilih ini, namun, kami tidak akan menyesal. Dan soal cinta, wanita-wanita kulit putih, mengapa mereka tidak mencintai pria mereka sendiri dan membiarkan kami mencintai pria kami! (Karabo menari. Menarikan tarian-tarian kesedihan bagi kulit hitam. Mukanya muram. Tubuhnya lentur. Tubuhnya lunglai. Tubuhnya indah.)
Baiklah aku juga akan pergi dari rumah ini. Rumah ini sudah tidak nyaman bagi kulit hitam. Rumah kulit putih memang tidak pernah nyaman bagi kulit hitam. Putih adalah malaikat dan hitam adalah luciver, kata mereka. Bangsat! (masuk ke dalam untuk berkemas.)

Dick
(Masuk dengan tergopoh-gopoh) Karabo! Karabo! (Karabo kaluar dengan membawa kopernya. Dick bingung melihat Karabo membawa koper) apa yang kau lakukan?

Karabo
Aku akan pergi dari rumah ini.

Dick
Ada masalah apa sebenarnya? Kau tidak boleh pergi dari sini. (Dick merebut koper Karabo tapi Karabo berontak hingga terjadi pertengkaran kecil. Namun akhirnya koper di tangan Dick)

Karabo
Berikan koper itu, Dick.

Dick
Tidak! Tidak akan kuberikan. Kau tidak akan pergi dari sini.

Karabo
Kau tidak punya hal untuk melarangku pergi. Biarkan aku melakukan yang aku inginkan. (diam sejenak)

Dick
Chimane melarikan diri. Ingin pergi, aku gagal menghalanginya. Dan aku tidak mau gagal untuk yang kedua kali. Kau tidak boleh pergi.

Karabo
Apa?! Chimane pergi? Ke mana?

Dick
Aku tahu.

Karabo
Kalau begitu bagus. Rumah kulit putih memang tidak pantas untuk orang kulit hitam. Kau juga, Dick. Kau harus pergi dari rumah ini.

Dick
Tidak. Aku tidak akan pergi.

TIBA-TIBA NYONYA PLUM KELUAR DENGAN MARAH-MARAH

Nyonya Plum
Jangan ribut. Aku sedang istirahat! (melihat koper yang dipegang Dick) Dick, kau mau pergi dari ini?

Dick
Bukan saya, Nyonya, tapi Karabo.

Nyonya Plum
Apa? Karabo ingin pergi dari rumah ini? Katakan, Karabo, apa kau benar-benar ingin pergi dari ini?

Karabo
Benar, Nyonya. Aku akan pergi dari rumah ini. Rumah ini bukan tempat yang nyaman untuk kulit hitam.

Nyonya Plum
Bagus kalau kau mengatakan itu. Kau memang tidak tahu balas budi.

Karabo
Balas budi? Apa yang perlu saya balas? Nyonya terus-terusan menghina kaum kami, kulit hitam. Nyonya berpura-pura memperjuangkan hak-hak kami, tapi sebenarnya, Nyonya hanya mencari keuntungan untuk diri Nyonya sendiri.

Nyonya Plum
Bagus kalau kau sudah bisa membuat kebohongan. Dick, berikan kopernya. Biarkan ia pergi.

Dick
Tapi, Nyonya…

Nyonya Plum
Berikan kataku.

Dick
Baik, Nyonya…

Nyonya Plum
Tapi aku tidak akan memberikan sepersen pun untuk pesangon padamu, Karabo. (Karabo hanya diam, mengambil kopernya yang dipegang Dick tapi Dick mencoba mempertahankannya kembali)

Nyonya Plum
Dick!

Dick
Karabo, jangan pergi.

KARABO TIDAK MEMPEDULIKAN DICK. DIA PERGI TANPA BERKATA-KATA.
SEMUA DIAM.

Nyonya Plum
Sekarang tinggal kita berdua. Apa kau juga ingin pergi?

Dick
Tidak, Nyonya. Tapi, Nyonya…

Nyonya Plum
Apa lagi.

Dick
Apa yang membuat Karabo pergi. Dia sudah cukup lama di sini. Bahkan sebelum saya datang ke rumah ini.

Nyonya Plum
Seharusnya kau tanyakan ini padanya. Bukan padaku. Panggil putriku. (Dick masuk mencari Nona Kate)

Dick
Nyonya…

Nyonya Plum
Ada apa?

Dick
Nona Kate… e… Nona Kate…

Nyonya Plum
Apa yang terjadi padanya. Katakan?

Dick
Nona Kate tidak berada di kamarnya.

Nyonya Plum
Apa?! Rupanya ancamannya tidak main-main. (Nyonya Plum hanya terduduk lemas di sofa dan Dick berdiri di sebelahnya, hanya diam.)

PINTU DIKETUK ORANG BERKALI-KALI.

Nyonya Plum
Malam-malam begini

Dick
Akan saya lihat, Nyonya. (Melangkah ke arah pintu) (Dick kembali dan dibelakangnya berdiri dua orang polisi.)

Polisi I
Nyonya Plum?

Nyonya Plum
Saya. Ada apa, Pak Polisi?

Polisi I
Kami menerima laporan, bahwa anda telah menyembunyikan orang kulit hitam yang tanpa surat. Celakanya, orang kulit hitam yang anda sembunyikan telah membunuh seorang perempuan berkulit hitam juga. Siapa dia, Nyonya Plum

Nyonya Plum
Tidak mungkin, Pak Polisi. Namanya Dick. Dia pembantuku, sudah lama dia di sini.

Pilisi I
Laporannya menunjukkan bahwa pembantu anda ini, yang bernama Dick, tidak memiliki surat-surat dan dia dilaporkan telah membunuh seorang perempuan.

Dick
Tidak, Pak Polisi. Saya tidak pernah membunuh siapapun. Saya memiliki surat-surat, Pak.

Polisi I
Kalau begitu, ambillah surat-surat anda. Akan kami lihat.
(Dick masuk mengambil surat-suratnya)

Polisi I
Kami sudah peringatkan pada anda, Nyonya, untuk tidak melindungi orang kulit hitam di rumah anda.

Nyonya Plum
Asal Pak Polisi tahu, setiap orang memiliki hak untuk hidup di mana pun yangmereka inginkan.

Polisi I
Anda sudah melanggar peraturan pemerintah, Nyonya. Anda bisa kena hukum…

Nyonya Plum
Aku tidak peduli, Pak Polisi.

Polisi I
Kalau begitu laporannya benar! Anda memang menyembunyikan orang kulit hitam tanpa surat.

Nyonya Plum
Pembantuku memiliki surat, Pak Polisi. Tunggu sebentar, Pak Polisi. Akan aku tunjukkan sesuatu pada kalian.

Polisi I
Silahkan, Nyonya.
(Nyonya Plum masuk sebentar lalu keluarga lagi. Tangannya, ia sembunyikan di belakang tubuhnya sambil memegang pistol.)

Nyonya Plum
Pak Polisi, aku harap kalian keluar dari rumahku.

Polisi I
Tadi Anda bilang menunjukkan sesuatu pada kami, tapi kenapa anda…

Nyonya Plum
Pergi sekarang, atau…

Polisi I
Atau apa?
(Nyonya Plum menodongkan pistol ke arah polisi. Polisi II mengambil pistolnya dan mengarahkannya pada Nyonya Plum)

Polisi II
Letakkan pistolmu, Nyonya.

Polisi I
(Pada Polisi I) Tunggu. Tenang. (Pada Nyonya Plum) Sabar dulu, Nyonya. (Mendekat ke arah Nyonya Plum) Ini justru akan memperkeruh suasana.

Nyonya Plum
Jangan coba-coba mendekat, Pak Polisi.

TIBA-TIBA DICK KELUAR DENGAN TERGESA

Dick
Nyonya, surat-surat saya… (tercengang melihat peristiwa di depannya)

DI SAAT ITU, TERJADI PERKELAHIAN. NYONYA PLUM LENGAH KARENA MEMPERHATIKAN DICK. POLISI SATU DENGAN CEPAT MENDEKATI NONYA PLUM TAPI NYONYA PLUM BERONTAK DAN PISTOLNYA MELEDAK, MENGENAI PUNDAK POLISI II. POLISI II KESAKITAN TAPI MASIH BISA BERTAHAN, IA MENGACUNGKAN PISTOLNYA KE ARAH DICK YANG AKAN MENERKAM POLISI I.

Polisi II
(pada Dick) berhenti di situ!

DENGAN USAHA YANG CUKUP, AKHIRNYA POLISI I DAPAT MELUMPUHKAN NYONYA PLUM DAN MEMBORGOLNYA. SETELAH NYONYA PLUM DAPAT DILUMPUHKAN POLISI II MENDEKATI DICK SAMBIL MEMEGANGI TANGANNYA PUNDAKNYA YANG KESAKITAN. DICK DIJONGKOKKAN DI LANTAI LALU DIBORGOL.
POLISI I MEMERIKSA KESLURUH RUMAH. SETELAH TIDAK MENEMUKAN APA-APA. MEREKA MEMBAWA NYONYA PLUM DAN DICK KE KANTOR POLISI.


SELESAI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Cinta Untuk Eva Dwi Kurniawan

1.        Penyair Eva merupakan penyair yang sangat produktif. Dalam kurun waktu lima bulan, ia menyulap puisi-puisi itu dan jadilah antologi Swara Dewi yang berjumlah 64 judul. Angka genap yang terkesan ganjil, kenapa tidak dibulatkan menjadi 65 saja? Tentu ini memiliki alasan tertentu. Ia menuliskan puisinya dari bulan Januari hingga Mei 2012. Baru kali ini saya melihat ada penyair sedahsyat dan seproduktif ini. Mungkin hidupnya didedikasikan hanya untuk puisi. Dan dengan membaca antologi tersebut, kesan pertamanya adalah menulis puisi itu gampang. Antara kurun Januari hingga Mei saya kembali bertanya, di mana bulan april? Tak ada satu pun puisi yang ditulis bulan April masuk dalam antologi ini. Mungkin bulan April terlalu menyakitkan baginya? Mungkin ia pernah patah hati di bulan April. Tampaknya, Penyair Eva tidak menganggap bulan itu begitu penting, melainkan   ia memilih puisi-puisi yang memiliki tema sama. Ini terlihat dari adanya puisi di bulan Desember 2012 yang diikutkan d

Mengupas Makna Tadarus, Antologi Puisi “Tadarus” karya; Musthofa Bisri

Gus Mus—panggilan akrab A. Mustofa Bisri—menggubah puisi (baca; Al qur'an) menjadi puisi. Apa yang ada di dalam Al qur'an beliau terjemahkan lagi dalam puisi Indonesia. Meski hal ini tidak bisa menandingi, bahkan mustahil untuk menyamai isi dari alqur'an, tapi puisi yang digubah oleh Gus Mus sudah cukup menggerakkan seluruh bulu roma dan mengendorkan sendi-sendi tubuh. Tentu saja hal ini tidak lepas dari pandangan tentang proses kreatif yang dilakukan oleh Gus Mus. Gus Mus yang tak pernah tamat atau lulus sekolah belajar kesenian dengan mengamati masa kecilnya. Jiwa pelukisnya tumbuh saat beliau teringat bahwa pada masa kecilnya beliau pernah memenangkan lomba menggambar dan warnai. Sejak saat itu, beliau sadar bahwa dalam dirinya ada bakat untuk melukis. Kemudian mulailah Gus Mus melukis hingga pada saat ini lukisan beliau sangat terkenal. Salah satu lukisannya yang hanya bertuliskan alif di atas kanvas terjual hingga puluhan juta rupih. Untuk bakat menulisnya sendiri, ber

Seputar Polemik Novel Porno

    Membaca polemik novel “porno”, saya menganalogikan seperti pengalaman saya berikut ini; di kelas waktu kuliah S1 dulu, salah seorang dosen dengan bangga dan gembar-gembor bahwa dia telah membaca The Da Vinci Code karya Dan Brown. Menurutnya buku itu sangat bagus dan wajib menjadi bacaan mahasiswa sastra. Sementara kami, yang duduk dideretan tak terlalu belakang, menertawakan dosen itu. Kami telah membacanya beberapa bulan lalu. Sejujurnya, saya agak kaget ketika novel “porno” muncul ke permukaan sebagai polemik. Dalam hasanah sastra Indonesia sendiri, hal itu sudah banyak dibahas oleh para kritikus dan esais sastra. novel “porno” kemudian banyak disebut dengan sastra selangkangan, sastrawangi (untuk menyebut sastrawan perempuan yang mengumbar nilai pornografi), sastra sex, genre fiksi alat kelamin (FAK) dan lain sebagainya. Jika kemudian kalangan umum, apalagi DPR, mempermasalahkan hal itu, maka sudah sangat ketinggalan jauh. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak ban