Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2008

Om Jamak

Sepanjang hidup, aku melihat manusia memanjakan gengsi, bahkan membelinya. Anehnya lagi, bisa diangsur! Atau dalam bahasa orang-orang kecil, bisa diutang. Seorang teman misalnya, ia bekerja di sebuah biro perjalanan yang menuntutnya harus berpakaian seelegan mungkin supaya terlihat mempunyai kehormatan yang tinggi dan pengaruh yang besar. Tak ayal, ia pun membeli jas-jas buatan desainer dunia yang namanya kondang setinggi langit. Bukan karena ukurannya yang mungil, bahkan juga karena potongan yang lebih ramping. Label yang dijahit di jas itu membuatnya turut melambung bersama, dan secara tak langsung, ia diasosiasikan dengan sesuatu yang mahal, sophisticated, kadang meski understated tetap menggaungkan sebuah bayang-bayang kelas tertentu dan tidak murahan. Apalagi kalau ditanya, jas anda keren, beli di mana? Di belakang ceritanya, ia mengaku kalau harus melunasi cicilannya tiap bulan dengan sekian dolar. Di lain kesempatan, ia bercerita memiliki pelanggan wanita yang kalau membeli tike

Bunga Matahari Interlude Mawar merah *

Sengaja, aku membuat pertemuan denganmu siang ini. Ada yang mesti kita bicarakan; tentang bunga matahari yang kita tanam di tempat biasa kita bertemu; disebuah taman kota di samping kiri dari arah barat di bawah pohon rindang, entah apa nama pohon itu. Bunga matahari itu sudah semakin besar, tangkainya semakin banyak dan bercabang ke mana-mana. Tujuh tangkai yang bercabang. Hanya saja sekarang lebih rapi. Aku yang merawatnya beberapa hari terakhir ini, setelah lama kamu tidak terlihat di taman kota itu lagi. Dan sebelum tumbuh tangkai-tangkai yang lainnya dan aku akan semakin repot untuk mengurusinya, maka pertemuan siang ini aku rasa sangat perlu. Sepertinya kamu sudah tidak lagi memperdulikannya. Sengaja pula aku menentukan tempat pertemuan kali ini tidak di tempat biasa kita bertemu. Aku takut kalau saja bunga matahari itu mendengar pembicaraan kita. Dan dia akan kecewa kalau kamu memutuskan untuk menghentikannya proses fotosintesisnya. Dan itu sangat mengecewakan lagi bagiku. Seb

menjadi buruk di pikiran orang

SUATU kali kau akan merasakan dirimu dipergunjingkan orang-orang di sekelilingmu. Tidak enak memang. Belum lagi jika informasi yang mereka dapat adalah hal-hal terburuk yang pernah kau lakukan. Pasti akan terjadi padamu. Orang-orang disekelilingmu melakukannya karena mereka membutuhkan informasi tentang dirimu sebelum lebih jauh bergaul denganmu. Jika suatu kali ini terjadi padamu, maka bersabarlah. Terimalah kenyataan ini sebagai suatu hal yang mesti kau jalani. Hal ini sedang terjadi pada saya, sakit memang. Tapi saya berterima kasih pada bekas pacar saya yang telah menceritakan berbagai kejelekan saya sehingga orang yang sedang dekati (PDKT ne...) berbalik arah 100% dari saya. Saya juga tidak tahu kejelekan yang mana, tapi informasi yang saya dapat, dia berfikiran sangat negatif terhadap saya. Ini bukan merupakan suatu masalah bagi saya. Toh, pada akhirnya saya terbebas dari satu hal. Tapi begini pembelaan saya terhadap diri saya sendiri; pertama kali saya mendekati cewek yang itu,

Dream of Love

Bagian I Beberapa lampu menerangi titik panggung. 1. Pangung I dan II Musik riang dan suasana kegembiraan mengisi panggung. Greatest Love of All mengalun membawa kegembaraan bagi semua penduduk desa. Tari-tarian kegembiraan, tawa riang, juga romatisme humanis tumpah ruah seolah mereka sedang mendapatkan sesuatu yang paling mereka inginkan. Screen menampakkan langit yang cerah, sawah yang penuh dengan hasil kaerja keras, masa panen akan tiba, anak-anak bermain riang. 2. Panggung II. Lagu Greatest Love of All selesai dan digantikan musik kekacauan. Tiba-tiba semua jadi kacau. Penduduk tak saling kenal. Masing-masing mencurigai yang lainnya. Mencekam. Saling tikam. Lama kelamaan kekacauan meredam dan semua fris Panggung I Siluet menampakkan adegan romantis, sebuah tarian antara lelaki dan perempuan. Bercumbu, menikmati dunia yang baru saja mereka akui sebagai miliknya. Beberapa orang kemudian mendatangi pasangan tersebut dan mengacaukan romantisme itu. Orang-orang itu seperti handak memi

Paradigma Antropologi Budaya Untuk Kajian Sastra

Memandang fenomena kesusasteraan sebagai fenomena kebudayaan dan memperlakukannya sebagai unsur kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari paradigma atau kerangka berfikir yang digunakan antropolog untuk memahami dan menjelaskan kebudayaan itu sendiri. Beberapa paradigma ini antara lain adalah evolusi kebudayaan (Evolutionism), diffuse kebudayaan (diffusionism), fungsionalisme (functionalism), strukturalisme Levi-Strauss (structuralism). Paradigma Evolusi Kebudayaan Paradigma ini merupakan paradigma antropologi yang boleh dikatakan yang paling tua, hingga kini terus mengalami penyempurnaan dan banyak dipakai dalam berbagai kajian, serta berhasil menambah pemahaman yang lebih utuh tentang fenomena kebudayaan yang teliti. Yang menjadi dasar dari paradigma ini adalah teori evolusi yang menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini mengalami perubahan kea rah yang lebih kompleks. Kerangka berfikir evolusionistis sebenarnya sudah ada dalam pemikiran pengamat sastra Indonesia, namun tidak sangat e

TIPS:KIAT MENJADI PEMENANG LMCR-2008 LIP ICE SELSUN GOLDEN AWARD, BERHADIAH TOTAL RP 80 JUTA

Lomba Menulis Cerita Pendek Remaja 2008 (LMCR-2008) LIP ICE SELSUN GOLDEN AWARD kembali diselenggarakan oleh PT ROHTO Laboratories Indonesia dan Naning Pranoto sebagai Ketua Penyelenggaranya. LMCR-2008 dibuka 1 Juli 2008 dan ditutup 10 Oktober 2008. Para pemenangnya akan diumumkan 10 Nobember 2008 antara lain melalui www.rohto.co.id dan www.rayakultura.net Sejak awal Juni 2008, Panitia LMCR telah menerima SMS dari berbagai kota Tanah Air, yang intinya menanyakan kapan LMCR-2008 diselenggarakan. Selain itu, di antara mereka yang kirim SMS tersebut menanyakan kiat-kiat agar bisa menjadi pemenang LMCR-2008 yang hadiah puluhan juta rupiah. Berikut ini kami sajikan kiat menjadi pemenang LMCR-2008, untuk menjawab ratusan SMS yang masuk ke HP Panitia LMCR. Patuhi Dua Persyaratan Kiat pertama yang harus diperhatikan oleh para peserta LMCR-2008 adalah mematuhi persyaratan yang diberlakukan oleh panitia LMCR-2008. Persyaratan tersebut terdiri dari dua kategori yaitu persyaratan administrasi dan

Mengupas Makna Tadarus, Antologi Puisi “Tadarus” karya; Musthofa Bisri

Gus Mus—panggilan akrab A. Mustofa Bisri—menggubah puisi (baca; Al qur'an) menjadi puisi. Apa yang ada di dalam Al qur'an beliau terjemahkan lagi dalam puisi Indonesia. Meski hal ini tidak bisa menandingi, bahkan mustahil untuk menyamai isi dari alqur'an, tapi puisi yang digubah oleh Gus Mus sudah cukup menggerakkan seluruh bulu roma dan mengendorkan sendi-sendi tubuh. Tentu saja hal ini tidak lepas dari pandangan tentang proses kreatif yang dilakukan oleh Gus Mus. Gus Mus yang tak pernah tamat atau lulus sekolah belajar kesenian dengan mengamati masa kecilnya. Jiwa pelukisnya tumbuh saat beliau teringat bahwa pada masa kecilnya beliau pernah memenangkan lomba menggambar dan warnai. Sejak saat itu, beliau sadar bahwa dalam dirinya ada bakat untuk melukis. Kemudian mulailah Gus Mus melukis hingga pada saat ini lukisan beliau sangat terkenal. Salah satu lukisannya yang hanya bertuliskan alif di atas kanvas terjual hingga puluhan juta rupih. Untuk bakat menulisnya sendiri, ber

Supernova dan Pandangan Estetika Secara Modern

Pada setiap angkatan sastra Indonesia, selalu ada pemborantakan estetik yang digali dan terus diekplorasi. Pemberontakan yang paling radikal dilakukan oleh Chairil Anwar. Hingga kemudian dengan adanya ekplorasi-ekplorasi estetik muncul angkatan-angkatan Baru dengan musim yang baru pula. Sampai saat ini kita telah masuk dalam estetika modern dan akan segera menyongsong estetika postmodern. Dari estetika modern dalam hal ini akan di wakili oleh Supernova. Di dalam Supernova, episode 1 dan 2, memiliki karakteristik estetika modern yang ditunjukkan dengan ditemukannya idiom skizofrenia, kitsch, dan pastiche. Pluralitas, kompleksitas, dan susunan cerita yang terpecah-pecah bahkan tak ada hubungan antara keeping 35-36 dengan keeping 34 pada (Supernova 2) dan Supernova 1 menunjukkan adanya idiom skizofrenia. Ditemukannya pemaparan teori fisika, filsafat, dan sosiologi melalui dialog antar tokoh-tokohnya dalam Supernova 1 merupakan bentuk idiom kitsch karena memassakan bentuk budaya tinggi. Di

Kidung Rumekso Ing Wengi dan Pandangan Estetika Secara Tradisional

Teori estetik yang eksplisit tidak diketahui dalam bidang sastra Indonesia tradisional. Tetapi ada konsepsi estetik yang secara implisit terkandung dalam sastra melayu klasik dan dalam puisi jawa kuno. Teori ini digali oleh peniliti karya-karya sastra bersangkutan dan yang kemudian dipaparkan dalam studi yang sangat menarik. Yang satu menyangkut sastra melayu klasik. V.I. Braginsky membedakan tiga aspek pada konsep keindahan Melayu: aspek ontologisnya, yaitu keindahan puisi sebagai pembayangan kekayaan Tuhan Yang Maha Pencipta, dikesankan pada keindahan dunia segala, khususnya dalam karya seni dan sastra. Kemudian aspek imanen dari yang indah, yang terungkapkan dalam kata-kata seperti ajaib, gharib, tamasya, dan lain-lain, dan selalu terwujud dalam keanekaragaman, kebahagiaan yang harmonis dan teratur, baik alam maupun dalam ciptaan manusia, aspek ini antara lain dalam karya sastra terwujud dalam evokasi taman yang indah-indah, keterlibatan segala panca indera dianggap ciri khas yang s

Anak dan Kreatifitas

Persoalan anak menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi semua pihak, keluarga, masyarakat, pemerintah ataupun semua elemennya.berbagai komunitas dan LSM pun bermunculan dalam rangka kepedulian terhadap anak. di Indonesia, anak-anak mengalami persoalan yang komplek. secara kebudayaan mereka masih berada di tengah situasi yang menindas. gembaran tentang anak-anak ideal seperti yang tertera dalam Konvensi Hak Anak masih jauh dari kenyataan. mereka masih menjadi bagian yang terpinggirkan, tereksploitasi, terepresi olehj lingkungan dan budaya di mana mereka hidup; seperti dalam keluarga, masyarakat, pendidikan formal di sekolah maupun sektor kehidupan lainnya. modernisasi di negeri ini belum memperhatikan persoalan anak dengan baik, justru yang terjadi mereka menjadi korban dari modernitas yang tengah berlangsung. proses pendidkan anak dalam arti luas, yaitu segala sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan anak—sehingga mampu mengasah potensi diri seoptimalnya serta memahami

Ampolop Coklat, Tanda Cintaku Padamu.

Telinga adalah salah satu dari panca indera yang sangat vital bagi makhluk manapun. Namun lain ceritanya jika telinga itu masuk dalam imaji seorang Seno Gumira Ajidarma (SGA), seperti kalau kita baca cerpennya berjudul Telinga dalam kumpulan cerpen Saksi Mata, yang memuat banyak kekerasan dalam hidup. Dalam kumpulan cerpen tersebut, SGA tidak secara gamblang menggambarkan semua kekerasan yang ia lihat, rasakan, bahkan ia alami sendiri, melainkan selayaknya karya fiksi lainnya, ia banyak mengunakan simbol-simbol sebagai pengungkapan responnya terhadap segala peristiwa, bukan metafor, tolong dibedakan. Telinga adalah salah satu misal dari kumpulan cerpen tersebut yang banyak menggunakan simbol-simbol sebagai pengungkapnya. Telinga itu sendiri telah menjadi simbol tak berkesudahan jika kita mengungkapnya. Sebagai telinga tentu tugasnya adalah mendengar. Diinginkan atau tidak oleh pemiliknya, telinga akan menangkap semua yang bersuara. Telinga itu bagaikan antena yang mampu menangkap pesan

Teror dalam Tarian Bumi Untuk Bali

Beberapa hal pokok yang masih berhubungan dengan kerangka analisis social dan budaya dengan dikaitkan perubahan yang dimiliki dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini, menarik untuk dibaca. Perubahan yang dimaksud di sini adalah pola pikir tokoh atau individu yang secara teranng-terangang memberontak pada kebudayaan Bali juga feminisme. Bukan perubahan-perubahan besar, seperti revolusi, perang, maupun peristiwa-peristiwa penting lainnya. Tarian Bumi adalah Sebuah novel eksotis khas etnik Bali yang penuh dengan suasana dan atmosfer “pemberontakan”, sekaligus situasi ambivalen kaum perempuan dalam menghadapi realitas sosialnya. Tata sosial yang hierarkis lewat pembagian kasta, patriarkhal di mana kaum laki-laki lebih banyak mendapatkan previlese social, merupakan problem-problem fundamental yang dihadapi kaum perempuan di Bali, jika ingin menemukan hubungan yang relatif lebih equal dan lebih emansipatoris. Meski secara terang-terangan terjadi pemberontkan di sana-sini, sebagai novel per