soal hubungan cinta, bagiku lebih enak dipendam. tak usah diungkapkan. tentu saja ini berlaku jika hubungan sudah terjalin sekian lama. mungkin paling sebentar satu tahun. pasangan kita sudah bisa merasakan apa yang kita rasakan. selebihnya, tinggal menunggu waktu paling tepat perasaan atau keluhan itu akan muncul dengan sendirinya. sebab, apa pun yang ditenggelamkan, apa pun yang dipendam, kelak ia akan muncul ke permukaan.
begitu pula jika salah satu di antara pasangan itu tertimpa masalah. kalau memang harus keluar, maka akan keluar dengan sendirinya. bahwa perasaan atau yang dirasakan membutuhkan waktu tersendiri untuk keluar. ya. seperti sebuah ilham atau ide untuk memulai bekarya.
begitulah komunikasi akan terjalin. namun, tidak semua orang seperti itu. itu karena banyak jalan bisa ditempuh dalam menjalin komunikasi. komunikasi fisik, komunikasi verbal, komunikasi isyarat, dan lain sebagainya. namun, sayangnya, tak semua orang mau memakluminya. sebenarnya bukan persoalan tidak mau memaklumi, tapi lebih pada sifat alamiyah manusia yang selalu merasa kurang. ketika satu jalan komunikasi terbuka dan terjalin, manusia menginginkan komunikasi yang lebih, dan lebih lagi. misalnya pasangan lelaki biasa menggunakan bahasa isyarat atau simbolik, bahasa tubuh, untuk memberitahukan hal-hal yang tidak ia sukai, karena lamanya kebersamaan, pasangan perempuan mulai mengerti. namun ternyata itu tidak cukup, pasangan perempuan masih membutuhkan komunikasi verbal. sementara pasangan lelaki cukup dengan bahasa isyarat atau simbolik serta komunikasi fisik. tentu tidak akan ketemu. seperti sebuah rel kereta api. dengan demikian, kita harus membuat jalan lain. jika kita melewati rel kereta, tentu kita tidak akan mencari putusnya rel itu agar bisa lewat, melainkan dengan cara melompatinya. nah, bagaimana cara melompatinya? saya juga bertanya.
begitu pula jika salah satu di antara pasangan itu tertimpa masalah. kalau memang harus keluar, maka akan keluar dengan sendirinya. bahwa perasaan atau yang dirasakan membutuhkan waktu tersendiri untuk keluar. ya. seperti sebuah ilham atau ide untuk memulai bekarya.
begitulah komunikasi akan terjalin. namun, tidak semua orang seperti itu. itu karena banyak jalan bisa ditempuh dalam menjalin komunikasi. komunikasi fisik, komunikasi verbal, komunikasi isyarat, dan lain sebagainya. namun, sayangnya, tak semua orang mau memakluminya. sebenarnya bukan persoalan tidak mau memaklumi, tapi lebih pada sifat alamiyah manusia yang selalu merasa kurang. ketika satu jalan komunikasi terbuka dan terjalin, manusia menginginkan komunikasi yang lebih, dan lebih lagi. misalnya pasangan lelaki biasa menggunakan bahasa isyarat atau simbolik, bahasa tubuh, untuk memberitahukan hal-hal yang tidak ia sukai, karena lamanya kebersamaan, pasangan perempuan mulai mengerti. namun ternyata itu tidak cukup, pasangan perempuan masih membutuhkan komunikasi verbal. sementara pasangan lelaki cukup dengan bahasa isyarat atau simbolik serta komunikasi fisik. tentu tidak akan ketemu. seperti sebuah rel kereta api. dengan demikian, kita harus membuat jalan lain. jika kita melewati rel kereta, tentu kita tidak akan mencari putusnya rel itu agar bisa lewat, melainkan dengan cara melompatinya. nah, bagaimana cara melompatinya? saya juga bertanya.
Komentar