SUATU kali kau akan merasakan dirimu dipergunjingkan orang-orang di sekelilingmu. Tidak enak memang. Belum lagi jika informasi yang mereka dapat adalah hal-hal terburuk yang pernah kau lakukan. Pasti akan terjadi padamu. Orang-orang disekelilingmu melakukannya karena mereka membutuhkan informasi tentang dirimu sebelum lebih jauh bergaul denganmu. Jika suatu kali ini terjadi padamu, maka bersabarlah. Terimalah kenyataan ini sebagai suatu hal yang mesti kau jalani.
Hal ini sedang terjadi pada saya, sakit memang. Tapi saya berterima kasih pada bekas pacar saya yang telah menceritakan berbagai kejelekan saya sehingga orang yang sedang dekati (PDKT ne...) berbalik arah 100% dari saya. Saya juga tidak tahu kejelekan yang mana, tapi informasi yang saya dapat, dia berfikiran sangat negatif terhadap saya. Ini bukan merupakan suatu masalah bagi saya. Toh, pada akhirnya saya terbebas dari satu hal. Tapi begini pembelaan saya terhadap diri saya sendiri; pertama kali saya mendekati cewek yang itu, saya bilang ”Jangan percaya saya. Saya bukan orang baik.” (saya menyadari ini karena nama saya virus... hahaha...)
Dalam komunikasi selanjutnya, ia justru mempercayai saya, dan bahkan menganggap saya sebagai kakaknya. Lucu kan? Kami pun kemudian sering sms-an. Jika beberapa hari saya tidak sms, dialah yang kemudian mendahului mengirim pesan singkat. Dia ceritakan banyak hal tentang dirinya, temannya, organisasinya, dan lain sebagainya. Kami pun jadi akrab meski sebenarnya kami belum pernah berdialog secara langsung, hanya sms dan telpon saja.
Suatu kali saya sms dia, ”de’ mas kangen..” bukan main jawabannya. Dia marah. Begini, ”mas, jangan coba merusak hubunganku dengan pacarku. Aku tidak suka kalau mas bilang begitu.” (redaksional saya rubah untuk menutupi nama, dia sering menggunakan namanya sebagai ganti ”aku”). Padahal sebelumnya beberapa kali saya sms yang isi begitu dan tidak ada masalah apa-apa. Entahlah. Barangkali sedang kumat. Jadi salah dia jika saat ini dia kecewa karena tahu keburukan saya. Kan saya sudah bilang, saya bukan orang baik. (hahaha...)
Sungguh! Ketika dia menganggap saya sebagai kakaknya, saya pun begitu. Saya menganggap sebagai ”adik-adikan” saya karena ternyata dia sudah punya cowok, (sakit nggak sih? Enggak ah... hahaha....) karena saya berharap jika nanti dia jomblo saya bisa mendekatinya kembali (hahaha.... tapi sungguh, saya tidak berdoa supaya dia cepat putus).
Sejak itu, saya sudah tidak berminat lagi dengannya.
(mendingan kau lepaskan daripada terlepas sediri, begitu kata steven coconnut trees)
Sesungguhnya saya tidak menyalahkan pihak manapun, hanya saja, rasa terima kasih perlu saya sampaikan kepada bekas pacar saya, semoga dia tidak berdosa dengan menceritakan hal-hal buruk tentang saya. Tuhan, maafkan dia. Dia memang bukan makhlukmu yang sempurna, tapi tolong ya Tuhan, sempurnakan cara berfikirnya, agar segala kesalahannya dulu tak pernah lagi diulang kepada orang lain. Semoga Tuhan berbaik hati.
Segela keburukan yang pernah kita lakukan bukanlah hal penting yang mesti kita tutupi. Kita mesti terbuka dan terbiasa dengan hal tersebut. Dilarang merasa minder atau malu! Jika mereka adalah orang-orang yang benar-benar mau berteman denganmu dan mau berfikiran dewasa, yakinlah bahwa mereka tidak akan menjauhimu. Justru sebaliknya, mereka akan lebih mendekat dan merubah hal-hal yang mereka anggap buruk darimu. Namun jika ternyata mereka menjauh, berarti mereka tidak benar-benar ingin berteman denganmu. Jika sebaliknya, jika kita yang ingin mencari informasi tentang teman kita, diusahakan jangan mencari informasi dari orang yang pernah bermasalah atau pernah terlibat suatu konflik dengannya. Hal ini memungkinkan kita akan mendapatkan informasi hal-hal buruk tentang objek.
Akan tetapi jangan terlena dengan hal tersebut, jangan terlalu berfikiran positif. Kita mesti bersikap waspada. Siapa tahu hal itu justru akan membunuh kita.
Ingatlah bahwa orang-orang besar tidak pernah luput dari hal-hal yang memalukan atau mereka tidak pernah melakukan sesuatu yang dianggap buruk oleh masyarakat. Mereka bangkit dari hal-hal yang pernah mereka lakukan di masa lalu untuk kemudian diperbaiki menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan orang-orang mengetahui tentang keburukan diri kita berarti kita telah terbebas dengan keburukan yang telah mengukung kita sehingga memiliki kekhawatiran jika melakukan suatu hal. Banyak orang bisa bebas tanpa kebesaran, tapi tak seorangpun bisa besar tanpa kebebasan, begitu tulis guru saya di buku kenangan kelulusan SMA.
Seorang teman dekat bercerita tentang kehidupannya ketika ia merantau di ibu kota negera ini. Di Jakarta, ia menjadi pemabuk, pecandu, dan melakukan hal-hal yang dianggap sampah oleh masyarakat. Menyadari hal tersebut berakibat buruk baginya, ia lantas hijrah ke Jogja dengan bekal nekad untuk memperbaiki diri. Sungguh merupakan hal yang sangat berat baginya untuk lepas dari kebiasaannya ketika hidup di Jakarta. Namun ia yakin bahwa dirinya akan sembuh. Beberapa waktu di Jogja, ia hidup di jalanan, tanpa seorang kawan. Setiap hari ia membawa botol minuman berisi air putih dan itulah yang ia minum setiap hari. Hanya air putih setiap hari. Hingga suatu waktu ia berkenalan dengan orang dan menjadi akrab dalam waktu singkat. Teman barunya itu kemudian menawarkan rumahnya untuk tempat tinggalnya sementara waktu.
Beberapa waktu ketika keakraban itu terjalin, berbagai cerita tentang dirinya ketika di Jakarta pun ia kisahkan. Semakin banyak ia punya teman, semakin sering ia ceritakan hal-hal buruk baginya. Pada tahun 2003 kami bertemu dan ia juga menceritakannya kepada saya (semoga dia ikhlas saya menceritakan ini sebagai palajaran).
Cerita teman dekat saya ini mungkin dapat dijadikan rujukan bahwa keburukan bukanlah hal yang mesti ditutupi, melainkan harus diungkap sebagai pelajaran bagi diri sendiri dan orang lain.[]Djogjakarta, 2008.
Hal ini sedang terjadi pada saya, sakit memang. Tapi saya berterima kasih pada bekas pacar saya yang telah menceritakan berbagai kejelekan saya sehingga orang yang sedang dekati (PDKT ne...) berbalik arah 100% dari saya. Saya juga tidak tahu kejelekan yang mana, tapi informasi yang saya dapat, dia berfikiran sangat negatif terhadap saya. Ini bukan merupakan suatu masalah bagi saya. Toh, pada akhirnya saya terbebas dari satu hal. Tapi begini pembelaan saya terhadap diri saya sendiri; pertama kali saya mendekati cewek yang itu, saya bilang ”Jangan percaya saya. Saya bukan orang baik.” (saya menyadari ini karena nama saya virus... hahaha...)
Dalam komunikasi selanjutnya, ia justru mempercayai saya, dan bahkan menganggap saya sebagai kakaknya. Lucu kan? Kami pun kemudian sering sms-an. Jika beberapa hari saya tidak sms, dialah yang kemudian mendahului mengirim pesan singkat. Dia ceritakan banyak hal tentang dirinya, temannya, organisasinya, dan lain sebagainya. Kami pun jadi akrab meski sebenarnya kami belum pernah berdialog secara langsung, hanya sms dan telpon saja.
Suatu kali saya sms dia, ”de’ mas kangen..” bukan main jawabannya. Dia marah. Begini, ”mas, jangan coba merusak hubunganku dengan pacarku. Aku tidak suka kalau mas bilang begitu.” (redaksional saya rubah untuk menutupi nama, dia sering menggunakan namanya sebagai ganti ”aku”). Padahal sebelumnya beberapa kali saya sms yang isi begitu dan tidak ada masalah apa-apa. Entahlah. Barangkali sedang kumat. Jadi salah dia jika saat ini dia kecewa karena tahu keburukan saya. Kan saya sudah bilang, saya bukan orang baik. (hahaha...)
Sungguh! Ketika dia menganggap saya sebagai kakaknya, saya pun begitu. Saya menganggap sebagai ”adik-adikan” saya karena ternyata dia sudah punya cowok, (sakit nggak sih? Enggak ah... hahaha....) karena saya berharap jika nanti dia jomblo saya bisa mendekatinya kembali (hahaha.... tapi sungguh, saya tidak berdoa supaya dia cepat putus).
Sejak itu, saya sudah tidak berminat lagi dengannya.
(mendingan kau lepaskan daripada terlepas sediri, begitu kata steven coconnut trees)
Sesungguhnya saya tidak menyalahkan pihak manapun, hanya saja, rasa terima kasih perlu saya sampaikan kepada bekas pacar saya, semoga dia tidak berdosa dengan menceritakan hal-hal buruk tentang saya. Tuhan, maafkan dia. Dia memang bukan makhlukmu yang sempurna, tapi tolong ya Tuhan, sempurnakan cara berfikirnya, agar segala kesalahannya dulu tak pernah lagi diulang kepada orang lain. Semoga Tuhan berbaik hati.
Segela keburukan yang pernah kita lakukan bukanlah hal penting yang mesti kita tutupi. Kita mesti terbuka dan terbiasa dengan hal tersebut. Dilarang merasa minder atau malu! Jika mereka adalah orang-orang yang benar-benar mau berteman denganmu dan mau berfikiran dewasa, yakinlah bahwa mereka tidak akan menjauhimu. Justru sebaliknya, mereka akan lebih mendekat dan merubah hal-hal yang mereka anggap buruk darimu. Namun jika ternyata mereka menjauh, berarti mereka tidak benar-benar ingin berteman denganmu. Jika sebaliknya, jika kita yang ingin mencari informasi tentang teman kita, diusahakan jangan mencari informasi dari orang yang pernah bermasalah atau pernah terlibat suatu konflik dengannya. Hal ini memungkinkan kita akan mendapatkan informasi hal-hal buruk tentang objek.
Akan tetapi jangan terlena dengan hal tersebut, jangan terlalu berfikiran positif. Kita mesti bersikap waspada. Siapa tahu hal itu justru akan membunuh kita.
Ingatlah bahwa orang-orang besar tidak pernah luput dari hal-hal yang memalukan atau mereka tidak pernah melakukan sesuatu yang dianggap buruk oleh masyarakat. Mereka bangkit dari hal-hal yang pernah mereka lakukan di masa lalu untuk kemudian diperbaiki menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan orang-orang mengetahui tentang keburukan diri kita berarti kita telah terbebas dengan keburukan yang telah mengukung kita sehingga memiliki kekhawatiran jika melakukan suatu hal. Banyak orang bisa bebas tanpa kebesaran, tapi tak seorangpun bisa besar tanpa kebebasan, begitu tulis guru saya di buku kenangan kelulusan SMA.
Seorang teman dekat bercerita tentang kehidupannya ketika ia merantau di ibu kota negera ini. Di Jakarta, ia menjadi pemabuk, pecandu, dan melakukan hal-hal yang dianggap sampah oleh masyarakat. Menyadari hal tersebut berakibat buruk baginya, ia lantas hijrah ke Jogja dengan bekal nekad untuk memperbaiki diri. Sungguh merupakan hal yang sangat berat baginya untuk lepas dari kebiasaannya ketika hidup di Jakarta. Namun ia yakin bahwa dirinya akan sembuh. Beberapa waktu di Jogja, ia hidup di jalanan, tanpa seorang kawan. Setiap hari ia membawa botol minuman berisi air putih dan itulah yang ia minum setiap hari. Hanya air putih setiap hari. Hingga suatu waktu ia berkenalan dengan orang dan menjadi akrab dalam waktu singkat. Teman barunya itu kemudian menawarkan rumahnya untuk tempat tinggalnya sementara waktu.
Beberapa waktu ketika keakraban itu terjalin, berbagai cerita tentang dirinya ketika di Jakarta pun ia kisahkan. Semakin banyak ia punya teman, semakin sering ia ceritakan hal-hal buruk baginya. Pada tahun 2003 kami bertemu dan ia juga menceritakannya kepada saya (semoga dia ikhlas saya menceritakan ini sebagai palajaran).
Cerita teman dekat saya ini mungkin dapat dijadikan rujukan bahwa keburukan bukanlah hal yang mesti ditutupi, melainkan harus diungkap sebagai pelajaran bagi diri sendiri dan orang lain.[]Djogjakarta, 2008.
Komentar