kenangan kita ranggas dari pohon yang mestinya semi
daun-daunnya adalah lembaran kisah kita yang kecoklatan
gugur di halaman perpustakaan
ketika kita seka puisi dari halaman buku-buku
meleleh ke jantung serupa kutukan jarum waktu
semoga tak ada luka yang menggelapkan mata
tak ada liku kabut jalan
dan kita akan menuainya
sebagai kenangan yang tak pernah keriput
siapa yang guru,
mengajari tentang lubang jalan, bau busuk,
juga sesekali wangi kemenyan
yang diramu dengan jamuan malam
sebab kita sebenarnya adalah murid,
memburu angin dari setiap mulut.
akhirnya kita paham,
bahwa daun mesti coklat dan jatuh
waktu mesti menua
murid mesti guru
tapi kenangan akan memutih sebagai cahaya
bukan uban yang membunuh usia
sebab narasi tetaplah sebuah pintalan mimpi di redup bulan.
Djogjakarta, 2008.
Komentar