Langsung ke konten utama

Dream of Love

Bagian I
Beberapa lampu menerangi titik panggung.

1.
Pangung I dan II
Musik riang dan suasana kegembiraan mengisi panggung. Greatest Love of All mengalun membawa kegembaraan bagi semua penduduk desa. Tari-tarian kegembiraan, tawa riang, juga romatisme humanis tumpah ruah seolah mereka sedang mendapatkan sesuatu yang paling mereka inginkan. Screen menampakkan langit yang cerah, sawah yang penuh dengan hasil kaerja keras, masa panen akan tiba, anak-anak bermain riang.

2.
Panggung II.
Lagu Greatest Love of All selesai dan digantikan musik kekacauan.
Tiba-tiba semua jadi kacau. Penduduk tak saling kenal. Masing-masing mencurigai yang lainnya. Mencekam. Saling tikam. Lama kelamaan kekacauan meredam dan semua fris

Panggung I
Siluet menampakkan adegan romantis, sebuah tarian antara lelaki dan perempuan. Bercumbu, menikmati dunia yang baru saja mereka akui sebagai miliknya.
Beberapa orang kemudian mendatangi pasangan tersebut dan mengacaukan romantisme itu. Orang-orang itu seperti handak memisahkan mereka berdua. Namun, terjadi pemberontakan sampai pada akhirnya pasangan itu terpisah dan hilang dari siluet.
Dua pasangan tersebut kemudian dibawa kehadapan raja (panggung II) dan siap dengan hukuman mereka.
Raja mengambil pedang yang dipegang salah seorang prajurit dan mendekati Dauphin dan Estrangelo Edessa. Beberapa prajurit lantas memegangi Dauphin dan Estrangelo Edessa dan lehernya diacungkan kepada raja untuk dipenggal.
Musik mengiringi ketegangan yang terjadi. Ketika pedang diayunkan ke atas dan siap menebas leher Dauphin dan Estrangelo Edessa, lampu Black Out.

3.
Black Out.

4.
Pangung II
Lampu Fead In
Di desa. Seorang lelaki di atas batu sedang menatap ke atas. Terlihat cahaya rembulan menghias wajahnya dengan keceriaan anak-anak muda. Ia menatap rembulan itu dengan sangat serius. Muncul keriangan gadis-gadis desa juga anak-anak diiringi lagu-lagu daerah dan lagu anak-anak.
Melihat keriangan itu, lelaki di atas batu itu lantas turun dari batu tempatnya berdiri dan ikut membaur dengan malam itu. Tiba-tiba sebuah adegan mempertemukan lelaki itu dengan perempuan yang tak dinyananya tapi selalu diimpikannya. Mereka pun menjadi bulan-bulanan penduduk desa.

Prahara Cinta Lyrics mengalun

Dauphin
(menaiki batu) inilah cinta, sepenuhnya hadir dan tamat seketika dalam jangka waktu yang abadi. Seperti seorang lelaki yang datang ke atas panggung dan berkata “ Akulah Romeo yang membutuhkan Juliet, yang berusaha mempersembahkan sesuatu atas kehendak cinta”. Sebab cinta adalah rembulan. Menerima dan memancarkan cahaya, kadang ia tumbuh bulat, lama kelamaan akan sabit, lantas hilang dan akan muncul lagi. Maka kau tak perlu khawatir tentang cinta yang hilang. Yakinlah bahwa dia akan kembali sebab kau pernah memilikinya.

Estrangelo Edessa
Bagaimana kau bisa begitu yakin?

Dauphin
Ketika mataku bermimpi, aku melihat kekuasaan, senjata, dan darah menyatu di sebuah sungai yang orang-orang menamakannya air mata. Dan cinta melebihi ketebalan kekuasaan, senjata dan darah, bahkan semuanya yang pernah kau lihat.

Estrangelo Edessa
Apa yang bisa aku lihat dengan cinta?

Dauphin
Kau akan melihat apa yang kau ingin lihat

Estrangelo Edessa
Apakah aku ditakdirkan untuk melihatnya?

Dauphin
Ya. Takdir!

Estrangelo Edessa
Kau percaya dengan takdir?

Dauphin
Tentang cinta, semua sudah ditakdirkan.

Estrangelo Edessa
Ditakdirkan kau jatuh cinta padaku?


Dauphin
Ya. Sejak mata kita mulai berani saling memandang

Estrangelo Edessa
Dan saat itu aku menjadi kekasihmu?

Dauphin
Mataku tak bisa memutuskan kau untuk jadi kekasihku

Estrangelo Edessa
Lalu apa yang membuatmu memutuskan itu?

Dauphin
Hati dan rembulan itu.

Estrangelo Edessa
Apakah itu takdir?

Dauphin
Ya.

Estrangelo Edessa
Namaku Estrangelo Edessa?

Dauphin
Karena aku ditakdirkan bernama Dauphin

Estrangelo Edessa
Bagaimana kalau aku Juliet?

Dauphin
Maka aku ditakdirkan sebagai Romeo

Estrangelo Edessa
Bagaimana kau mencintaiku? Apakah seperti Romeo?

5.
Panggung I dan II
Dauphin dan Estrangelo Edessa menyanyikan lagu ‘Satu’. Diiringi tari-tarian dan koreo.

6.
Black Out


7.
Panggung I dan II
Semua Pemain On Stage. Musik dan taria-tarian memenuhi panggung di sambung dengan lagu Heal the Word. Dauphin dan Estrangelo Edessa di Panggung I menyanyikan Heal the World.

8.
Panggung I
Sepi. Panggung II kosong.
Estrangelo Edessa tiba-tiba menjauh dari Dauphin. Ia begitu sedih. Kemudian Dauphin dengan penuh pengertian mendatanginya dan menanyakan apa yang membuatnya sedih.

Dauphin
Apa yang membuatmu sedih, kekasihku?

Estrangelo Edessa
Kau tahu, ini tidak mungkin!

Dauphin
Apa yang tidak mungkin? Dengan cinta yang kita miliki, kita bisa melakukan apa saja. Karena cintaku untukmu memiliki kekuatan yang dapat membawa kita pada masa depan yang gemilang. Aku bisa melihat dengan hatiku. Anak-anak kita bermain di padang rumput dengan riangnya. Tak satupun dari mereka yang berwajah sedih. Inilah dunia kita. Aku tidak menjanjikan mimpi padamu, justru inilah kenyataan itu. Kenyataan yang membuatku percaya pada cinta. Karena kamulah, aku percaya pada cinta. Ini bukanlah kebetulan. Ini memang sudah takdir. Takdirlah yang menentukan bahwa kita bertemu dan saling memberikan kepercayaan demi terwujudnya sebuah cinta dan kasih sayang yang mampu membawa pada kehidupan yang lebih baik.

Estrangelo Edessa
Mengapa kau belum paham juga.

Dauphin
Apa yang belum aku pahami?

Sepi. Hanya suara musik ilustrasi tentang kesunyian yang sedih.

Estrangelo Edessa
Sejak kapan kau hidup di negeri ini?

Dauphin
Aku orang pribumi. Yang sejak berumur 11 tahun telah berkelana mencari kehidupan sendiri, aku meninggalkan rumah, keluargaku, juga adik perempuan. Di tempat-tempat yang kudatangi, aku tidak pernah menemukan kehidupanku dan akhirnya aku putuskan untuk kembali ke tanah kelahiran, di sini. Entah di mana keluargaku sekarang. Ketika aku sampai di rumah, rumahku sudah tidak ada. Rata dengan tanah. Dan orang-orang pun melupakannya. Sekarang, aku merasa menemukan kehidupanku dengan menemukanmu. Kaulah yang akan jadi kehidupanku. Akan kubangun semuanya dengan tanganku sendiri. Aku percaya dengan takdirku, tanganku akan mampu mewujudkan segalanya. Namun, ini tak akan berarti tanpa cintamu. Sebab cintamu adalah kehidupanku. Tanpa cintamu berarti aku tanpa kehidupan.

Estrangelo Edessa
Itulah yang tak kau pahami?

Dauphin
Aku paham, bahkan sangat paham.

Estrangelo Edessa
Kau bahkan tidak tahu siapa aku sebenarnya.

Dauphin
Asal-usul bagiku tidak penting. Aku juga bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa.

Estrangelo Edessa
Dauphin. Jangan dibutakan oleh cinta. Kau akan menyesal. Aku tahu, kau sangat mencintaiku. Aku pun sebaliknya. Tapi ini justru akan membawa kita pada penderitaan hidup.

Dauphin
O, Tuhan. Penderitaan apakah yang belum pernah kau berikan padaku? Penderitaan adalah tantangan. Kita akan semakin mengerti keinginan dunia dan akan lebih bahagia setelah melewati tantangan itu.

Estrangelo Edessa
Sudahlah. Aku tidak ingin membuatmu menderita.

Dauphin
Kalau begitu, jadilah ibu dari anak-anakku.

Estrangelo Edessa
Dauphin! (tangis itu semakin membuncah) bagaimana aku harus menjelaskan.

Estrangelo Edessa menyanyikan sebuah lagu yang berkisah tentang cinta yang tak sampai. Dua sejoli saling mencintai tapi cinta mereka terhambat oleh kekuasaan.

Dauphin terlihat berfikir. Kemudian membalas nyanyian Estrangelo Edessa dengan menyanyikan lagu From this Moment.



Bagian II


Semua panggung berlatar kerajaan.

9.
Prajurit dan dayang-dayang kerajaan bergembira ria. Bersuka ria. Menari-nari dengan iringan musik ilustrasi. Akan tetapi, ketika raja mereka datang dengan wajah muram, semua menjadi terharu. Raja terlihat begitu bersedih. Tak ada yang bisa dilakukannya. Seorang istri yang begiut ia cintai ternyata memiliki lelaki lain yang lebih dicintainya.

Raja
Segalanya! Apa yang aku punya sudah aku tuliskan atas namamu dan anak-anak kita nanti. Aku taklukkan kebahagiaan untukmu, sebab siapapun tidak pernah menganugrahkannya padaku. Aku mengambilmu dari petani desa yang tak memiliki apa-apa. Aku menjadikanmu permaisuri di kerajaan ini. Aku berikan apa yang dibutuhkan keluargamu, aku berikan mereka penghidupan yang layak dan bahkan sangat layak sehingga mereka tak membutuhkan tanah untuk bekerja lagi. Aku memberimu cinta lebih dari siapapun yang mencintaimu. Ketulusanku telah mengilhami rakyat dan negeri ini. Tapi…
Aku raja! Penguasa dunia, anak para dewa. Jutaan rakyatku menundukkan kepalanya di depanku. Sepuluh ribu pasukan berkuda, tiga puluh ribu pasukan pilihan dari prajurit terpilih. Semua menundukkan kepalanya di depanku. Semua atas kekuasaanku. Tapi… kenapa aku dikhianati. Bahkan oleh istriku sendiri…
(kepada pasukan) Kalian, pasukan khusus kerajaan, aku perintah untuk menangkap lelaki desa itu dan bawa kehadapanku hidup-hidup!

Para Prajurit melakukan koreografi seperti mereka sedang melakukan pencarian terhadap sesuatu yang mereka anggap musuh.

10.
Panggung I dan II
(panggung I) Raja di atas singgasananya melihat ke arah kejauhan. (panggung II) Sedang di sudut lain, dua sejoli (Dauphin dan Estrangelo Edessa) bermesraan di atas batu menyanyikan lagu Tidurlah Tidur. Para prajurit masih melakukan koreografi sampai lagu berakhir. Setelah lagu berakhir. Para prajurit keluar. Estrangelo Edessa pun keluar dari sisi lain.

Estrangelo Edessa
Aku akan menemuimu di waktu yang lain. Ingatlah. batu inilah yang menjadi singgasana kita. Tunggulah aku di sini jika dadamu tak kuat ingin bertemu denganku. Aku pergi dulu..

Dauphin
Hati-hati… aku pasti merindukanmu

Selepas kepergian Estrangelo Edessa, Dauphin melihat ke arah atas. Entah apa yang dipikirkannya. Tiba-tiba muncul prajurit kerajaan yang ingin menangkap mereka.

Panglima Prajurit
Kuakah Dauphin? Penghancur kebahagiaan kerajaan?

Dauphin
Benar, tuan. Akulah Dauphin. Tapi hamba tidak mengerti dengan apa yang tuan maksud.

Panglima Prajurit
Kau masih belum paham juga! Apa yang kamu lakukan telah menghancurkan kebahagiaan kerajaan. Sepanjang hari, raja kami bersedih. Rakyat menjadi bersedih. Ini semua adalah kesalahanmu.

Dauphin
Maaf tuan! Hamba hanya pengelana yang telah menemukan kehidupannya di tanah kelahirannya sendiri. Dan tak ada satu hal pun yang hamba kerjakan yang merugikan negeri ini.

Panglima Prajurit
Justru itulah kau dianggap pengacau.

Dauphin
Apa maksud tuan! Hamba tidak pernah mengacaukan apapun di negeri karena hamba mencintai negeri ini.

Panglima Prajurit
Simpan cintamu untuk ibumu. Negeri ini tak membutuhkannya. Ikut kami ke kerajaan.

Dauphin
Tidak. Aku tidak merasa bersalah.

Panglima Prajurit
Atau kami memaksa

Dauphin
Silahkan!

Perkelahian terjadi antara Dauphin dan prajurit namun akhirnya Dauphin kalah dan tertangkap. Musik ilustrasi

11.
Panggung I
Raja permaisuri dan punggawa kerajaan duduk dikursinya masing-masing menantikan kedatangan pasukan khusus kerajaan yang menangkap Dauphin. Semua kelihatan tenang, diiringi musik yang tenang. Muncul dua prajurit.
Panglima Prajurit
Sudah kami temukan, paduka.

Raja
Bawa dia masuk.

Beberapa prajurit masuk dengan membawa Dauphin. Begitu melihat Dauphin yang dibawa oleh para prajurit, permaisuri tersentak dan berdiri. Permaisuri terlihat gusar dan ketakutan.

Raja
Ada apa permaisuriku?

Permaisuri
Tidak.. tidak.. tidak.. tidak ada apa-apa?

Raja
Benar, tidak ada apa-apa? Lantas, kenapa air mukamu berubah? Apakah ada yang membuatmu bersedih?

Permaisuri
Tidak ada yang membuat hamba bersedih, paduka. Tapi, ijinkanlah hamba bertanya?

Raja
Apa yang ingin kau tanyakan?

Permaisuri
Apa kesalahan lelaki ini sehingga ia harus diikat seperti itu?

Raja
Apa kau tidak mengenalnya? Apa kau tidak pernah bertemu dengannya?

Permaisuri
Seperti yang paduka ketahui, aku selalu berada dilingkungan kerajaan dan mana mungkin aku bisa bertemu dengan orang yang berada di luar kerajaan? Apa kesalahan lelaki ini?

Raja
Ketahuilah permaisuriku. Lelaki ini telah membuat noda negeri ini. Kesalahan yang dibuatnya sungguh tidak bisa aku ampuni. Ia membuatku malu. Negeriku yang selama ini tidak pernah terkena aib, tiba-tiba dikacaukan oleh lelaki ini.

Penasehat Raja
Kesalahannya melebihi prajurit yang lari dari peperangan, melebihi pencuri di kerajaan, melebihi pembunuhan kerabat kerajaan. Ia telah membuat aib kerajaan ini, negeri ini. Sepanjang peradaban kerajaan ini, inilah kesalahan paling besar yang pernah diperbuat oleh rakyat jelata.
Permaisuri
Aib apa yang telah ia perbuat, wahai penasehat raja?

Penasehat Raja
Ia telah melarikan mahkota kerajaan ini. Diam-diam ia telah membuat noda hitam yang tak dapat dihapuskan sepanjang sejarah kerajaan ini. Kesalahan ini jelas tidak bisa diampuni, bahkan nyawanya pun tak dapat menebus kesalahannya.

Permaisuri
Mahkota apa yang ia larikan, wahai pensehat raja?

Penasehat raja
Apakah permaisuri benar-benar tidak tahu?

Permaisuri
Beritahukanlah padaku.

Penasehat raja
Mahkota yang ia larikan adalah harta termahal dan sangat dicintai oleh paduka raja

Permaisuri
Oh… (diam sejenak) Di taman. Aku melihat daun jatuh. Ia begitu jujur. Menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada tanah. Daun jatuh adalah sebuah takdir, karena ia sudah tua dan memang sudah waktunya untuk gugur. Takdir tak bisa disalahkan. Jika kita tak bisa menyalah takdir jalan satu-satunya adalah memaafkan kesalahan. Kesalahan adalah salah satu bentuk fitrah manusia. Kesalahan adalah bentuk kewajaran manusia. Tuhan selalu memaafkan umatnya yang tersesat dan berbuat salah terhadapNya.

Penasehat Raja
(kepada Raja) Maaf paduka. Boleh hamba memutuskan hukuman bagi lelaki bersalah ini.

Permaisuri bertambah gusar dan sangat gelisah. Ia bingung tak ada yang dapat ia lakukan. Matanya memerah, sekan hendak menangis.

Raja
Sebentar Penasehat. (kepada Permaisuri) Permaisuriku, kesalahan lelaki ini sungguh besar, bahkan penasehat saja, orang yang dianggap paling bijakasana di kerajaan ini, tak dapat memaafkannya. Lalu apa usulmu tentang hukuman untuk lelaki ini?

Permaisuri bertambah bingung. Ia hanya diam saja

Dauphin
Permaisuri, jatuhkanlah hukuman pada hamba. Hamba akan menanggungnya.

Raja
Bagaimana permaisuriku.
Penasehat Raja
Cepat putuskan permaisuri, sebelum aib ini semakin menyebar keseluruh negeri. Dia hanyalah rakyat biasa yang pantas mendapat hukuman.

Panglima Prajurit
Setiap kesalahan harus dihukum. Itulah hukum yang telah ditetapkan di kerajaan ini. Tak ada kesalahan yang luput dari hukuman.

Permaisuri menangis. Kepalanya dipenuhi kebingungan yang tak terjawab. Tiba-tiba Dauphin berdiri mendekati permaisuri dan memohon hukuman. Tapi sebenarnya Dauphin mencoba melepaskan ikatan tangannya.

Dauphin
Permaisuri. Tolong berilah hamba hukuman yang setimpal. Hamba bukan siapa-siapa permaisuri. Tolong permaisuri.. tolonglah hamba…

Karena Dauphin lancang mendekati permaisuri dan mendesaknya, panglima prajurit menyeretnya. Setelah ikatan tangan Dauphin lepas, Dauphin merampas pedang di pinggang panglima prajurit dan menempelkannya ke leher panglima prajurit. Pelan-pelan Dauphin mundur dan keluar kerajaan. Dauphin lolos.

12.
Panggung I. Siluet.
Musik ilustrasi romantis dan kacau bergantian.
Siluet menampakkan adegan romantis, sebuah tarian antara lelaki dan perempuan. Bercumbu, menikmati dunia yang baru saja mereka akui sebagai miliknya.
Beberapa orang kemudian mendatangi pasangan tersebut dan mengacaukan romantisme itu. Orang-orang itu seperti hendak memisahkan mereka berdua. Namun, terjadi pemberontakan sampai pada akhirnya pasangan itu terpisah dan hilang dari siluet.

13.
Panggung II
Di batu yang pernah mereka janjikan Dauphin menanti kedatangan Estrangelo Edessa. Ia pun menyanyikan Somebody to Love. Setelah lagu selesai, Estrangelo Edessa datang kemudian disusul para penari. Mereka menarikan kesedihan. Kesedihan bahwa mereka tahu mereka akan berpisah untuk selamanya. Estrangelo Edessa menyanyikan Burung Camar diiringi oleh para penari.

Dauphin
Kenapa kau mengatakan bahwa kau adalah istri raja negeriku.

Estrangelo Edessa
Aku ingin mengatakannya, waktu itu. Tapi justru kaulah yang selalu menahanku untuk mengatakan ini.


Dauphin
Ini tidak mungkin. Tidak mungkin kau adalah istri raja.

Estrangelo Edessa
Percayalah Dauphin. Dan terimalah takdir ini sebagaimana kau percaya takdirmu.

Dauphin
Tidak mungkin. Ini bukan takdirku

Estrangelo Edessa
Dauphin. Kau tidak boleh seperti ini. Kau telah dibutakan dan dihambakan oleh cinta. Terimalah takdirmu.

Dauphin berteriak sekuat tenaga.
Setelah itu, prajurit kerajaan datang berbondong-bondong dan mengepung Dauphin dan Estrangelo Edessa.

Panglima Prajurit
Kau tak bisa ke mana-mana lagi. Menyerahlah pada kami dan jalanilah hukumanmu. Kau sudah berbuat salah, kau juga harus mau menerimannya.

Dauphin
Aku mau menyerahkan diri, tapi apakah dengan aku menyerahkan diri, permaisuri akan baik-baik saja hidup dikerajaan.

Panglima Prajurit
Kau tak perlu khawatir. Kerajaan memenuhi segala kebutuhan permaisuri. Permaisuri tinggal memerintah dan apa yang dibutuhkannya akan datang kehadapannya.

Permaisuri
Kalau bagitu, aku meminta Dauphin dibebaskan dari segala hukuman.

Panglima Prajurit
Kesalahan akan dibalas dengan hukuman. Negeri kita tidak mengenal ampunan kepada yang bersalah kecuali yang dikehendaki oleh sang raja.

Raja
Tangkap mereka!

Prajurit kerajaan dengan mudah menundukkan Dauphin tanpa perlawanan berarti. Namun, prajurit tidak berani menangkap permaisuri.

Panglima Prajurit
Kau Dauphin! Telah membuat aib terbesar di negeri dengan mencintai istri raja dan berniat melarikannya. Tak ada hukuman yang cukup pantas bagimu, bahkan kematian.

Raja mengambil pedang yang dipegang salah seorang prajurit dan mendekati Dauphin. Beberapa prajurit lantas memegangi Dauphin dan lehernya diacungkan kepada raja untuk dipenggal.

Musik miris mengalun

Estrangelo Edessa
Kenapa kau kejam paduka. Tidakkah ada kemurahan hatimu untuk memaafkan rakyat jelata.

Raja
Istriku. Apa yang tidak kuberikan padamu? Sendainya kau meminta Kekayaan kerajaan, kekayaan negeri, ribuan pasukan dan segala yang kumiliki pasti kuberikan. Tanpa kau minta, semua sudah ku atas namakan namamu. Aku mengangkat derajatmu dari anak petani miskin menjaid permaisuri, aku berikan kekayaan pada orang tuamu, mereka hidup sejahtera bahkan tanpa bekerja sekalipun. Tapi apa yang kau berikan padaku? Balasan seperti inikah yang kau berikan? Pantaskah ini untukku?

Estrangelo Edessa
Maaf paduka. Hamba rakyat jelata dan harus kembali ke rakyat jelata. Apakah hamba pernah menginginkan ini semua? Apakah hamba pernah memintanya? Dulu, hamba sangat bahagia hidup bersama keluarga hamba di desa. Meski kami tak punya apa-apa tapi kami sangat bahagia. Kami bagi rata apa yang kami punya.
Paduka raja. Paduka sejahterakan rakyat, paduka makmurkan mereka, anak-anak mendapatkan pendidikan yang sepantasnya, orang dewasa mendapat pekerjaan sesuai kemampuannya. Kau berikan apa yang mereka inginkan, paduka sangat menghargai mereka.
Paduka bangun pusat-pusat pendidikan di beberapa daerah, paduka bangun perpustakaan, paduka bangun pusat-pusat perbelanjaan. Semuanya untuk memenuhi kebutuhan rakyatmu.
Paduka juga membangun tempat beribadah di mana-mana hingga tak pernah ada bencana yang melanda negeri ini. Ini adalah bukti kesuksesan paduka sebagai raja.
(hening sejenak) apa yang paduka berikan pada hamba melebihi apa yang paduka berikan pada siapapun. Hamba senang menerimanya. Perhatian paduka pun tak pernah kurang. Tapi paduka raja suamiku… apakah paduka pernah mempelajari hamba? Tanyalah apa yang hamba butuhkan. Hamba tidak membutuhkan kekayaan yang melimpah ini, baju mahal, perhiasan dan segala macamnya. Hamba adalah rakyat jelata yang harus kembali ke rakyat jelata pula. Paduka sudah terlalu lama mengurung hamba. Paduka melarang hamba keluar kerajaan, melarang hamba bergaul dengan rakyat jelata hingga mereka tak mengenal permaisurinya sendiri dan yang lebih parah lagi, paduka telah memisahkan hamba dari keluarga hamba.
Hamba ingin kelurga hamba kembali! Hamba ingin kebebasan!
Hamba adalah aib pertama kerajaan ini. Dengan menikahi hamba berarti paduka telah membuat aib bagi kerajaan ini. Maka untuk menutupi aib itu paduka membuang keluarga hamba dengan alasan pemberian kekayaan. Mengapa harus di ujung negeri untuk memberikan kekayaan pada keluarga hamba? Bahkan paduka telah merubah nama hamba untuk itu. Hamba lebih suka nama desa hamba, Angelius Silesius.

Dauphin
Apa? Angelius Silesius? Apa kau anak Anselmus?

Estrangelo Edessa
Benar

Dauphin
Ibu Cornela Angeli?

Estrangelo Edessa
Ya

Dauphin
Pengembaraanku memaksaku untuk mengganti nama agar tidak dikenali orang. Nama asliku Maxtor Damages.

Estrangelo Edessa
Kau pasti berbohong?

Dauphin
Untuk apa aku membohongi adikku yang kutanggilkan sejak kecil

Estrangelo Edessa
Apa bekas luka pukulan ayah dipunggungmu masih ada?

Dauphin
Tentu saja masih. Lihatlah punggungku jika kau ingin membuktikannya.

Estrangelo Edessa
Tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Tidak.. tidak.. tidak.. (menyesali keadaan)

Estrangelo Edessa ingin mendekati Dauphin dan melihat punggungnya. Tapi dihalang-halangi.

Raja
Hukum mereka.

Prajurit menundukkan Dauphin dan Estrangelo Edessa

Raja
Mengharukan! Keluarga bertemu dalam keadaan yang menyakitkan dan dalam perselingkuhan yang diharamkan. Tapi aku tidak bisa memaafkan kalian. Aib ini sudah begitu besar.
Raja mengayunkan pedang yang dipegangnya
Musik mengiringi ketegangan yang terjadi. Ketika pedang diayunkan ke atas dan siap menebas leher Dauphin, lampu Black Out.
Siluet menyala dengan cepat dan darah muncrat mengenai kain siluet.
Black Out

14.
Di sebelah lain panggung seseorang sedang tidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dan tangannya seperti memberontak dan akhirnya ia bangun dengan kaget dan nafas terengah-engah. Ia langsung duduk dan diam sebentar sambil menenangkan dirinya.

Ah… hanya mimpi ternyata.

Musik menggema dan bertanda pertunjukan selesai. []Jogjakarta, 2007.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Cinta Untuk Eva Dwi Kurniawan

1.        Penyair Eva merupakan penyair yang sangat produktif. Dalam kurun waktu lima bulan, ia menyulap puisi-puisi itu dan jadilah antologi Swara Dewi yang berjumlah 64 judul. Angka genap yang terkesan ganjil, kenapa tidak dibulatkan menjadi 65 saja? Tentu ini memiliki alasan tertentu. Ia menuliskan puisinya dari bulan Januari hingga Mei 2012. Baru kali ini saya melihat ada penyair sedahsyat dan seproduktif ini. Mungkin hidupnya didedikasikan hanya untuk puisi. Dan dengan membaca antologi tersebut, kesan pertamanya adalah menulis puisi itu gampang. Antara kurun Januari hingga Mei saya kembali bertanya, di mana bulan april? Tak ada satu pun puisi yang ditulis bulan April masuk dalam antologi ini. Mungkin bulan April terlalu menyakitkan baginya? Mungkin ia pernah patah hati di bulan April. Tampaknya, Penyair Eva tidak menganggap bulan itu begitu penting, melainkan   ia memilih puisi-puisi yang memiliki tema sama. Ini terlihat dari adanya puisi di bulan Desember 2012 yang diikutkan d

Mengupas Makna Tadarus, Antologi Puisi “Tadarus” karya; Musthofa Bisri

Gus Mus—panggilan akrab A. Mustofa Bisri—menggubah puisi (baca; Al qur'an) menjadi puisi. Apa yang ada di dalam Al qur'an beliau terjemahkan lagi dalam puisi Indonesia. Meski hal ini tidak bisa menandingi, bahkan mustahil untuk menyamai isi dari alqur'an, tapi puisi yang digubah oleh Gus Mus sudah cukup menggerakkan seluruh bulu roma dan mengendorkan sendi-sendi tubuh. Tentu saja hal ini tidak lepas dari pandangan tentang proses kreatif yang dilakukan oleh Gus Mus. Gus Mus yang tak pernah tamat atau lulus sekolah belajar kesenian dengan mengamati masa kecilnya. Jiwa pelukisnya tumbuh saat beliau teringat bahwa pada masa kecilnya beliau pernah memenangkan lomba menggambar dan warnai. Sejak saat itu, beliau sadar bahwa dalam dirinya ada bakat untuk melukis. Kemudian mulailah Gus Mus melukis hingga pada saat ini lukisan beliau sangat terkenal. Salah satu lukisannya yang hanya bertuliskan alif di atas kanvas terjual hingga puluhan juta rupih. Untuk bakat menulisnya sendiri, ber

Teror dalam Tarian Bumi Untuk Bali

Beberapa hal pokok yang masih berhubungan dengan kerangka analisis social dan budaya dengan dikaitkan perubahan yang dimiliki dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini, menarik untuk dibaca. Perubahan yang dimaksud di sini adalah pola pikir tokoh atau individu yang secara teranng-terangang memberontak pada kebudayaan Bali juga feminisme. Bukan perubahan-perubahan besar, seperti revolusi, perang, maupun peristiwa-peristiwa penting lainnya. Tarian Bumi adalah Sebuah novel eksotis khas etnik Bali yang penuh dengan suasana dan atmosfer “pemberontakan”, sekaligus situasi ambivalen kaum perempuan dalam menghadapi realitas sosialnya. Tata sosial yang hierarkis lewat pembagian kasta, patriarkhal di mana kaum laki-laki lebih banyak mendapatkan previlese social, merupakan problem-problem fundamental yang dihadapi kaum perempuan di Bali, jika ingin menemukan hubungan yang relatif lebih equal dan lebih emansipatoris. Meski secara terang-terangan terjadi pemberontkan di sana-sini, sebagai novel per