Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2008

Lomba Cerpen-cerber Femina 2008

ANDA, CALON PENULIS TERKENAL! Berbekal pengalaman sehari-hari atau imajinasi yang hebat, Anda bisa menghasilkan karya fiksi menarik dan bermutu. Jangan lewatkan Sayembara Mengarang Cerpen & Cerber femina 2008, dengan Ayu Utami sebagai ketua dewan juri. Inilah jalan untuk mewujudkan impian menjadi penulis kenamaan. SYARAT UMUM SAYEMBARA CERPEN & CERBER: • Peserta adalah Warga Negara Indonesia. • Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan menggunakan ejaan yang disempurnakan. • Naskah harus asli, bukan terjemahan. • Tema bebas, namun sesuai untuk majalah femina. • Naskah belum pernah dipublikasikan di media massa cetak maupun elektronik, dan tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain. • Peserta hanya boleh mengirimkan dua naskah terbaiknya. • Hak untuk menerbitkan dalam bentuk buku dan menyiarkannya di media elektronik ada pada PT Gaya Favorit Press. • Redaksi berhak mengganti judul dan menyunting isi. • Naskah yang tidak menang, tetapi dianggap cukup baik, akan di

Hilangnya Kesadaran Memahami Kearifan Lokal

Pada mulanya, berkembangnya sebuah kebudayaan suatu masyarakat dinilai dari kesadaran dan kemampuan membacanya, membaca apa saja baik yang tersurat maupun yang tersirat. Kecermatan dalam membaca inilah yang membuat manusia mampu menciptakan hal-hal yang dapat digunakan untuk memperediksi masa depan. Dengan bacaan yang luas, masa depan terasa begitu dekat dan bukanlah suatu hal yang muskil dipetakan. Problem selanjutnya adalah pewarisan. Manusia dan kebudayaan bagaikan dua mata sisi uang yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Tak ada manusia tanpa budaya dan tak ada budaya tanpa manusia. Akan tetapi keduanya bukan merupakan bentuk yang sama, melainkan dua hal yang saling mendukung dan mempengaruhi sehingga seringkali muncul pertanyaan; manusia atau budaya yang mempengaruhi? Kejelasan tentang konsepsi manusia akan memperjelas pula konsepsi tentang sebuah kebudayaan yang terdapat pada sekelompok manusia tersebut. Jika demikian, maka manusialah yang membentuk budaya. Ernst Cassirer (via