Perjamuan yang Lindap
tempelkan lagi pumflet-pumflet kosong di atas bambu
renta, mimpi yang menyangsang pada kail kosong
di pintu laut bergeming ribuan ikan kelaparan
''hari ini tak ada nelayan berkapal''
suatu hari nanti
kucium dadamu dan kuselipkan mawar yang diwariskan
dewa-dewa, lalu segera kemasi deru mesin kapal
dan riuh ombak agar kita bebas berlayar
menempuh jalan camar
jalan bergurat rapi di tepi tebing sorga
tangis itu, kini, di dasar laut.
aku membawanya dari cerita yang dipanggul waktu
dari suratan pemakaman
tanda yang tertulis pada alamat cinta telah sampai
kisah cerita telah membahasakan dirinya sendiri
: di suatu pagi yang tak kukenal mataharinya
di suatu pagi yang menerbitkan tangis itu lagi.
kita ini binatang laut, katamu. aku menerjemahkannya
jadi kerlip kunang-kunang yang berebutan menyala
di padang pasir, lalu kau pergi tanpa membawa nafasmu,
kusimpan di dada kiriku agar a menjadi setia,
menunggu angin
: pemukiman kepak sayap dan jerit malaikat.
aku tak menemukan siapapun untuk pulang
gerit waktu tak mampu menjinakkan gelombang
yang berlari ke gelombang. matanya tertutup gerhana
yang membakar, dan dari segala pintu aku lindap di mimpi
anak nelayan.
tempelkan lagi pumflet-pumflet kosong di atas bambu
renta, mimpi yang menyangsang pada kail kosong
di pintu laut bergeming ribuan ikan kelaparan
''hari ini tak ada nelayan berkapal''
suatu hari nanti
kucium dadamu dan kuselipkan mawar yang diwariskan
dewa-dewa, lalu segera kemasi deru mesin kapal
dan riuh ombak agar kita bebas berlayar
menempuh jalan camar
jalan bergurat rapi di tepi tebing sorga
tangis itu, kini, di dasar laut.
aku membawanya dari cerita yang dipanggul waktu
dari suratan pemakaman
tanda yang tertulis pada alamat cinta telah sampai
kisah cerita telah membahasakan dirinya sendiri
: di suatu pagi yang tak kukenal mataharinya
di suatu pagi yang menerbitkan tangis itu lagi.
kita ini binatang laut, katamu. aku menerjemahkannya
jadi kerlip kunang-kunang yang berebutan menyala
di padang pasir, lalu kau pergi tanpa membawa nafasmu,
kusimpan di dada kiriku agar a menjadi setia,
menunggu angin
: pemukiman kepak sayap dan jerit malaikat.
aku tak menemukan siapapun untuk pulang
gerit waktu tak mampu menjinakkan gelombang
yang berlari ke gelombang. matanya tertutup gerhana
yang membakar, dan dari segala pintu aku lindap di mimpi
anak nelayan.
di muat di Bali Post, 11 April 2010
Komentar