Langsung ke konten utama

Tentang Cinta yang Luput

Hujan turun sendirian

Selaput cinta yang kusut diguguri kamboja

Menyembunyikan puisi dari kisah bunga bungah

Sekali musim kita tak sama menamainya

Angka-angka kalender jatuh begitu saja

Menjadi daftar merah

Tanpa kita sempat memaknainya sebagai hari

Dan bau tanah yang menyumbat hidung

Adalah kenangan yang terkubur.

Djogjakarta, 2008.




Aku Mencintaimu dengan Segenap Bahasa

Aku mencintaimu dengan segenap bahasa

Kata-kata menerjemahkan segala gerak.

Aku beri setangkar mimpi, juga rindu

Merekahlah jemari dan lengkap sudah prosa ini,

Yang di dalamnya aku lelap,

Mendengkur.

Cintaku penuh kutipan-kutipan romeo-juliet

Tanpa bunga dan kematian,

Kupersembahkan kalimat-kalimat sighot taklik

Rumit. Memang rumit cinta kita.

Djogjakarta, 2008.



puisi-puisi di atas tekah dimuat di harian Merapi Yogyakarta, 18 Januari 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Cinta Untuk Eva Dwi Kurniawan

1.        Penyair Eva merupakan penyair yang sangat produktif. Dalam kurun waktu lima bulan, ia menyulap puisi-puisi itu dan jadilah antologi Swara Dewi yang berjumlah 64 judul. Angka genap yang terkesan ganjil, kenapa tidak dibulatkan menjadi 65 saja? Tentu ini memiliki alasan tertentu. Ia menuliskan puisinya dari bulan Januari hingga Mei 2012. Baru kali ini saya melihat ada penyair sedahsyat dan seproduktif ini. Mungkin hidupnya didedikasikan hanya untuk puisi. Dan dengan membaca antologi tersebut, kesan pertamanya adalah menulis puisi itu gampang. Antara kurun Januari hingga Mei saya kembali bertanya, di mana bulan april? Tak ada satu pun puisi yang ditulis bulan April masuk dalam antologi ini. Mungkin bulan April terlalu menyakitkan baginya? Mungkin ia pernah patah hati di bulan April. Tampaknya, Penyair Eva tidak menganggap bulan itu begitu penting, melainkan   ia memilih puisi-puisi yang memiliki tema sama. Ini terlihat dari adanya puisi di bu...

Mengupas Makna Tadarus, Antologi Puisi “Tadarus” karya; Musthofa Bisri

Gus Mus—panggilan akrab A. Mustofa Bisri—menggubah puisi (baca; Al qur'an) menjadi puisi. Apa yang ada di dalam Al qur'an beliau terjemahkan lagi dalam puisi Indonesia. Meski hal ini tidak bisa menandingi, bahkan mustahil untuk menyamai isi dari alqur'an, tapi puisi yang digubah oleh Gus Mus sudah cukup menggerakkan seluruh bulu roma dan mengendorkan sendi-sendi tubuh. Tentu saja hal ini tidak lepas dari pandangan tentang proses kreatif yang dilakukan oleh Gus Mus. Gus Mus yang tak pernah tamat atau lulus sekolah belajar kesenian dengan mengamati masa kecilnya. Jiwa pelukisnya tumbuh saat beliau teringat bahwa pada masa kecilnya beliau pernah memenangkan lomba menggambar dan warnai. Sejak saat itu, beliau sadar bahwa dalam dirinya ada bakat untuk melukis. Kemudian mulailah Gus Mus melukis hingga pada saat ini lukisan beliau sangat terkenal. Salah satu lukisannya yang hanya bertuliskan alif di atas kanvas terjual hingga puluhan juta rupih. Untuk bakat menulisnya sendiri, ber...

Pergerakan Teater Kampus di Yogyakarta

Sebelum tahun 2000, hampir seluruh kampus di Yogyakarta memiliki kelompok teater, bahkan setiap jurusan dan fakultas. Maraknya kelompok teater ini turut menyemerakkan dunia kesenin di Yogyakarta. Jumlah kelompok teater di Yogyakarta sebelum tahuh 2000 diperkirakan mencapai seratus, bahkan lebih. Akan tetapi, geliat kelompok-kelompok teater tersebut tidak sehebat jumlahnya. Satu per satu kelompok-kelompok teater tersebur hilang dari peredaran karena berbagai sebab. Satu-satunya kategori yang masih bertahan hingga saat ini adalah Teater UKM, yaitu kelompok teater yang berada dalam naungan kampus secara langsung. Teater UKM merupakan teater yang legal bergerak dan berproses dalam kampus dengan jaminan dana yang sudah disediakan setiap tahunnya berdasarkan program kerja yang diajukan kepada pihak Kampus. Kelompok inilah yang rutin mengikuti kegiatan-kegiatan nasional sebagai delegasi dari Kampus. Selain itu, pergerakan yang mereka lakukan meluas hingga keluar kampus. Misalnya, mengadakan...