Sepanjang hidup, aku melihat manusia memanjakan gengsi, bahkan membelinya. Anehnya lagi, bisa diangsur! Atau dalam bahasa orang-orang kecil, bisa diutang. Seorang teman misalnya, ia bekerja di sebuah biro perjalanan yang menuntutnya harus berpakaian seelegan mungkin supaya terlihat mempunyai kehormatan yang tinggi dan pengaruh yang besar. Tak ayal, ia pun membeli jas-jas buatan desainer dunia yang namanya kondang setinggi langit. Bukan karena ukurannya yang mungil, bahkan juga karena potongan yang lebih ramping. Label yang dijahit di jas itu membuatnya turut melambung bersama, dan secara tak langsung, ia diasosiasikan dengan sesuatu yang mahal, sophisticated, kadang meski understated tetap menggaungkan sebuah bayang-bayang kelas tertentu dan tidak murahan. Apalagi kalau ditanya, jas anda keren, beli di mana? Di belakang ceritanya, ia mengaku kalau harus melunasi cicilannya tiap bulan dengan sekian dolar. Di lain kesempatan, ia bercerita memiliki pelanggan wanita yang kalau membeli tike...