Perpindahan seseorang dari agama
sebelumnya ke agama saat ini biasanya disertai dengan berbagai peristiwa yang
cukup pelik hingga seseorang mampu menangkapnya sebagai suatu hidayah. Proses hidayah
ini merupakan perjalanan panjang menuju penyadaran pada jalan yang “lain”.
Jalan yang “lain” biasanya dimaknai sebagai jalan yang benar menurut penerima
hidayah.
Hidayah dikenal dalam agama Islam.
Ia merupakan titik tolak dari orientasi kehidupan yang sebelumnya. Untuk itu, diperlukan
kepekaan seseorang dalam memahami hidayah tersebut. Hidayah tidak hanya
diperuntukkan bagi nonislam ke Islam, melainkan juga kepada manusia muslim itu
sendiri.
Dalam konteks ini, setelah membaca
buku setebal 300-an halaman, kisah tokoh utama bernama Angel dalam novel berbasis
kisah nyata berjudul Hitam Putih Dunia
Angel karya Angelina Jolie, menempatkan karya tersebut sebagai novel
inspiratif yang tidak hanya bermuatan sastra, melainkan juga dakwah Islamiyah. Sekilas,
tanpa meresapinya dan hanya larut dalam plot yang disuguhkan, novel tersebut sekadar
bunyi dari keluhan tokoh utama. Lain jika direnungkan, bahwa dakwah islamiyah tidak
harus melulu disampaikan oleh yang betul-betul memahami Islam. Proses demikian sarat
dengan pesan toleransi yang dalam. Sebab itulah, Islam mengajarkan, “lihatlah apa
yang dikatakan dan jangan melihat siapa
yang mengatakan”. Sederhana tapi mengena.
Dalam tuturannya, Angel si tokoh
utama kita memang tidak berniat dakwah. Tetapi dengan menyebarkan kisah inspiratif
dalam menganut agama Islam, merupakan dakwah islamiyah dengan menggunakan sastra
sebagai mediumnya. Bukankah memang dakwah itu sering menggunakan cerita-cerita
inspiratif?
Angel memang tak memahami Islam. Agama
yang dianut sebelumnya adalah Budha, lalu mencicipi Katholik tanpa pembaptisan.
Di setiap agama, Angel bukanlah pemeluk yang taat karena tak ada yang mencontohkan
bagaimana berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Usia Angel
masih SD ketika menganut ajaran Budha, Katolik pun hanya ikut-ikutan Lia ketika
memasuki usia SMP. Di usianya yang belum matang, ia membutuhkan keteladanan dalam
berbagai hal.
Keteladanan pertama yang
dilihatnya adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Angel seringkali
memergoki orangtuanya, terutama Mamanya (pasca kepergian papa pertamanya) terlibat
dalam pertengkaran hebat. Peristiwa kekerasan tersebut menjadi memori yang kuat
dalam ingatan Angel. Ia pun menjadi bagian kekerasan tersebut. Sang Mama yang
sering ditinggalkan lelaki karena perilakunya sendiri, membuatnya sering melampiaskan
kemarahan pada Angel. Angel yang tak bisa melawan hanya pasrah dengan doa-dia
yang dipanjatkan.
Hingga pada akhirnya, kekerasan fisik
itu mengarah pada kekerasan seksual. Angel dipaksa melayani nafsu birahi sang
ibu seperti pasangan lesbi. Angel yang mulanya menolak, akhirnya menurut saja
ada perintah Mamanya. Hal demikian dilakukan Angel bukan karena keinginannya dalam
hal seksual, tapi mulanya lebih pada konteks membahagiakan sang Mama karena Angel
menginginkan sosok Mama yang dapat dengan tulus memberikan kasih sayangnya.
Kasih sayang itu kemudian memang didapatkan Angel tapi hanya dalam waktu yang
singkat. Permulaan inilah yang menjadikan Angel sebagai perempuan mencintai
perempuan. Kebiasaan dalam kontaks fisik akan mengakibatkan kontaks perasaan. Angel
jatuh cinta pada Mamanya sebagai pasangan kekasih. Sang Mama menganggapnya
sebagai media pelampiasan seksual, sementara Angel menanggapinya dengan perasaan.
Angel kemudian sangat kecewa ketika sang Mama menemukan lelaki yang mampu
menggantikan fungsi Angel.
Dua pengalaman itulah yang membentuk
kehidupan Angel di kemudian hari. Ia menjadi sosok yang sangat keras tapi kuat dan
lesbian. Maka tak ayal dalam kisah cinta keduanya bersama Lia, guru SMPnya, ia
menjadi sosok lelaki bagi pasangannya atau biasa disebut buchi.
Angel dibesarkan dalam keluarga angkat
yang sangat mewah. Pekerjaan Mamanya sebagai dokter ahli kecantikan mampu
menjamin kehidupan Angel dengan berbagai kebutuhannya. Tapi apakah hanya materi
yang dibutuhkan Angel? Siapa saja tentu sepakat bukan hanya materi yang mampu
memberikan kebahagiaan. Tetapi lihat, ketika dalam balutan materi yang
berlimpah, Angel mengatakan bahwa bukan hanya materi yang ia butuhkan,
sebaliknya, Angel menjadi naïf ketika berhadapan berbagai kesusahan, ia mendekati
Mamanya demi materi. Tentu hal ini tidak bisa dipungkiri. Kebutuhan materi dan
rohani menjadi setali mata uang yang tak terpisahkan.
Dalam kondisi bergelimang harta, Angel
akhirnya memberontak ketika di Jakarta, apalagi setelah ada yang mendukungnya
dengan cinta, Lia. Lia menjadi tumpuan Angel dalam menjalani kehidupannya. Lia kemudian
menyarankan Angel untuk bersembunyi ke Yogykarta. Lia yang sudah memiliki pasangan
lelaki, mau berkorban demi menggapai cintanya bersama Angel. Namun toh cinta
mereka kandas ketika jarak terus-menerus memisahkan mereka. Ketika Angel hijrah
ke Yogyakarta, cinta berjarak masih mampu mereka jalani, namun ketika Angel pindah
ke kota yang lebih dekat dengan kota tempat tinggal Lia, cinta mereka justru semakin
berjarak, tak hanya jarak ruang, melainkan juga jarak cinta itu sendiri.
Begitu kuat Angel menghadapi konflik
yang seharusnya tak diterimanya di usia yang tergolong ingusan. Mau tak mau,
Angel harus berterim kasih pada Mamanya atas bentukannya itu. Nyaris setiap
hari, ketika serumah dengan Mamanya, ia mendapatkan benturan fisik yang luar
biasa. Dan ia mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan di luar rumah.
Yogyakarta menjadi pintu gerbang
utama untuk Angel menemukan dirinya sendiri. Ia mulai bekerja dan
bersosialisasi. Ia bertemu dengan Paul, Yusuf, dan anggota lainnya dari suatu komunitas
seni di Yogyakarta yang sudah tutup usia. Dari situlah ia mulai menyeimbangkan kehidupannya
dengan dunia seni meski tak sepenuhnya. Manusia Yogyakarta memberinya ruang
toleransi yang luas. Keinginannya untuk berubah mencintai perempuan menjadi mencintai
lelaki tak ia temukan di Yogyakarta.
Angel akhirnya hijrah ke Bandung setelah
keberadaannya di Yogyakarta mulai terancam. Di Bandung, di tengah kehidupan
metropolisnya, ia justru menemukan kesadarannya. Ia bermimpi melihat
orang-orang bersujud. Melalui tokok Adam, ia diantarkan menemukan hidayah dan menjadi
mualaf.
Dalam berbagai narasinya, ada
beberapa hal yang menunjukkan adanya petunjuk/hidayah yang datang pada Angel di
tokoh utama kita, di antaranya adalah:
Merasakan kemudahan dalam beramal sholeh. Angel bukanlah manusia yang pelit dalam
bersosial, meski ia pernah dididik oleh Mamanya untuk bergaul dengan orang yang
sejajar dalam materi. Uang yang didapatkannya baik dari hasil keringatnya
sendiri maupun pemberian orang, tak sungkan ia bagikan pada orang lain sebagai
ekspresi syukur. Selain itu, bentuk-bentuk kesadaran tentang kebaikan sudah ia
temukan sejak awal narasi. Ia mampu memililah yang baik dan buruk serta ingin
meninggalkan keburukannya meski pada tahap akhir ia baru bisa melepaskan yang
dianggap buruk tersebut.
Merasakan kerinduan pada Allah. Bentuk kerinduan yang paling nyata, pertama
ditunjukkan pada narasi yang sudah digambarkan di atas. Ia bermimpi melihat
orang-orang sujud. Petunjuk demikian juga pernah didapatkan oleh Kanjeng Nabi
Muhammad SAW ketika menjalankan tugas Isra’ Mi’raj dalam Qishshotul Mi’roj. Kerinduan kedua ditunjukkan Angel kepada Adam,
bahwa Angel ingin bisa sholat.
Dari dua point di atas, lihatlah korelasinya
dengan ayat berikut (Q.S. Al Anfal 8: 2-4),
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt ÇËÈ úïÏ%©!$# cqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uy yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOÌ2 ÇÍÈ
2. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595]
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
[594] Maksudnya: orang yang Sempurna imannya.
[595] dimaksud dengan disebut nama Allah ialah:
menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
Konsisten atau Istiqomah. Keinginan Angel untuk merubah dirinya muncul
berkali-kali dalam narasi sehingga menunjukkan konsistennya untuk menempuh
jalan yang dianggap benar. Ditunjukkan lagi dengan Angel ingin menyebarkan kisah
mualafnya setelah dipertemukan kembali dengan tokoh Paul dan Dewi di Bandung.
Resapi ayat berikut ini (Q.S.
Ali Imran 3: 101).
y#øx.ur tbrãàÿõ3s? öNçFRr&ur 4n=÷Fè? öNä3øn=tæ àM»t#uä «!$# öNà6Ïùur ¼ã&è!qßu 3 `tBur NÅÁtF÷èt «!$$Î/ ôs)sù yÏèd 4n<Î) :ÞºuÅÀ 8LìÉ)tFó¡B ÇÊÉÊÈ
101. Bagaimanakah kamu
(sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan
rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? barangsiapa yang berpegang teguh kepada
(agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah diberi petunjuk kepada jalan yang
lurus.
Perhatikan juga hadits yang
diriwayatkan oleh Baihaqi, “Seungguhnya Allah suka apabila seorang hamba melakukan
pekerjaan dan dia konsisten melakukannya.
Bersemangat dalam mempelajari Agama Islam. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat dengan
dituntun seorang Ustadz, Angel memang belum bisa secara radikal meninggalkan kebiasaannya.
Mengalahkan kebiasaan dengan kebiasaan pula. Dan menjadi tugas Adam untuk
membiasakan Angel dalam hal yang dianggap baik mengingat bahwa mempelajari
agama tidak bisa secara otodidak.
Kanjeng Nabi Muhammad dawuh, “Apabila Allah akan memberikan
kebaikan pada seseorang, Dia faqihkan orang tersebut dalam agama.”
Sabar menghadapi ujian. Kesabara yang dimiliki Angel tampak dari
awal hingga akhir cerita, terlepas ia masih “kanak-kanak”.
Resapi pula ayat berikut (Q.S. Al
Baqarah 2: 155-157):
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ÌÏe±o0ur úïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ tûïÏ%©!$# !#sÎ) Nßg÷Fu;»|¹r& ×pt7ÅÁB (#þqä9$s% $¯RÎ) ¬! !$¯RÎ)ur Ïmøs9Î) tbqãèÅ_ºu ÇÊÎÏÈ y7Í´¯»s9'ré& öNÍkön=tæ ÔNºuqn=|¹ `ÏiB öNÎgÎn/§ ×pyJômuur ( Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbrßtGôgßJø9$# ÇÊÎÐÈ
155. Dan sungguh akan
kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun"[101].
157. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang
Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.
[101] artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah
dan kepada-Nya-lah kami kembali. kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa
(pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa
marabahaya baik besar maupun kecil.
Uraian di atas
ingin menunjukkan tanda-tanda bahwa Angel, si tokoh utama kita, mendapatkan
hidayah. Kisah ini perlu diapresiasi karena mampu memberikan inspirasi bagi manusia
yang lain. Kisah yang luar biasa dari perjalanan hidup yang dapat menggetarkan hati
pembacanya.
Terlepas
dari ulasan di atas, novel ini memiliki banyak kelemahan. Selain kelemahan dan
kesalahan teknis, logika cerita seringkali berbenturan satu sama lain. Bisa
dibayangkan betapa sang editor mati-matian berjuang memperbaiki draft novel
pertama. Draft semacam ini tak cukup sekali edit hingga mampu menyampaikan
pesan dengan baik kepada pembaca, seperti terlihat dalam kesalahan dan
ketidakkonsistenan dalam penggunaan tanda baca.
Hal lain,
yang membuat janggal adalah pencitraan. Angel digambarkan seolah-olah dialah
yang paling menderita, sehingga pembaca digiring untuk menjadikan Angel sebagai
hero. Hal ini akan memunculkan pertanyaan, bahwa seola-olah, di wilayah sosial,
Angel tidak memiliki keburukan sama sekali. Lalu bagaimana dengan bulan-bulan
kosong yang tidak ditampilkan itu? Akan muncul kecurigaan bahwa pada
bulan-bulan itulah, kebobrokan Angel muncul tapi disembunyikan.
Masih banyak
lagi kekosongan dalam novel ini yang seharusnya perlu didiskusikan terlebih
dahulu sebelum terbit. Kondisi inilah yang menginspirasi Gelaran Ibuku Yogyakarta
membuat forum Obrolan Senja, yang berfungsi sebagai ruang diskusi penulis dalam
menyempurnakan teksnya. Terakhir, mohon maaf karena belum bisa menampilkan bukti-bukti
naratif dalam novel tersebut berkenaan dengan dugaan-dugaan di atas karena
novelnya dipinjam pustakawan Indonesia Boekoe. Bagaimanapun, saya tidak berani menghalangi
seseorang yang ingin mendapatkan inspirasi dari kisah inspiratif tersebut. Lain
kali, akan disertakan bukti-bukti studi deskriptifnya. []Yogyakarta, Mei, 2012.
Komentar